Namun ternyata, film ini tak menitik beratkan pada kasus cinta segitiga. Permasalahan cinta segitiga ini harus berada di tengah-tengah konflik pelecehan seksual. Zanna yang diperankan Indah Permatasari berhasil menguras emosi dengan porsi aktinya yang sangat pas dinikmati penonton.Â
Zanna adalah mahasiswa teknik mesin yang mengalami pelecehan seksual oleh salah satu aktivis kampus yang merupakan teman dari Nathan. Mengenyampingkan permasalahan pribadi, Salma dan Nathan membantu Zanna untuk mendapatkan keadilan.
Menonton film ini seperti bernostalgia dengan kehidupan kampus. Penonton disuguhkan dengan berbagai kegiatan di kampus. Perkuliahan, kajian, demo, lupa mengerjakan tugas dari dosen bahkan juga menggambarkan kehidupan anak kossan. Penonton kembali menelusuri kehidupan mahasiswa yang terlihat begitu menyenangkan namun ternyata pelik jika dijalankan.
Sesekali penonton akan tertawa ringan atas gombalan Nathan yang terdengar geli. Namun Nathan ya tetap Nathan. Ia digambarkan begitu berbeda dalam memperlakukan kekasihnya, Salma.Â
Begitupula saat Afkar mencoba masuk pada hati Salma yang sedang gundah atas sikap Nathan yang selalu turun ke jalan. Nathan tak pernah marah pada Salma. Ia membebaskan Salma berkenalan, bertemu dan berteman dengan siapapun termasuk, Afkar. Tidak ada sedikitpun ancaman Nathan pada Afkar jika mendekati pacarnya. Itulah Nathan.Â
Persaingan sengit antar Afkar dan Nathan dibalut dengan komedi yang mengasyikan. Keduanya memang sedang memperebutkan Salma, namun keduanya juga sedang dalam misi yang sama, yaitu memperjuangkan keadilan bagi Zanna. Sesekali guyonan pertengkaran mereka lontarkan saat berdiskusi perihal kasus Zanna.Â
Kondisi ini begitu mencerminkan kedewasaan bahwa konflik pribadi tak sedikitpun melunturkan kebersamaan mereka. Nathan dan Afkar tidak perlu capek-capek menunjukkan sisi baiknya kepada Salma. Keduanya menjadi dirinya sendiri, dan  Salma yang akan menilai sendiri. Afkar berhasil mendapat dukungan publik untuk Zanna lewat live streaming di Youtube Channelnya. Sedangkan Nathan berhasil menggedor pintu fakultas bersama pasukan demonya untuk menuntut keadilan Zanna.
Kisah Salma dan Nathan memang banyak digandrungi remaja SMA. Segenap tim film ini begitu tepat dalam menyajikan penutup kisah Salma dan Nathan dengan mengangkat isu pelecehan seksual. Meski isu ini berat dan beberapa film Indonesia sudah mengangkat isu yang sama, namun film ini begitu mudah dipahami pesannya oleh penonton yang didominasi oleh remaja. Selain mendapatkan gambaran tentang kehidupan perkuliahan, penonton khususnya akan lebih berhati-hati dimanapun dan kapanpun. Karena pelecehan seksual dapat terjadi dimanapun dan oleh siapapun.Â
Zanna bukanlah sosok mahasiswa hits yang gemar berpakaian terbuka. Dia mahasiswi penerima beasiswa yang sederhana dan menghambiskan waktu luangnya dengan berbagai kegiatan positif di kampus. Namun sesekali ia mendapatkan siulan atau godaan dari sekumpulan teman-teman kampusnya. Fenomena ini sering terjad di wilayah kampus.Â
Kadang perempuan begitu takut bahkan enggan melewati sekumpulan laki-laki yang sedang asyik nongkrong, tapi malah memandangnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pelaku mungkin menganggap itu hanyalah candaan atau iseng semata, tetapi ruang gerak perempuan tak lagi aman dan bebas dengan perlakuan seperti itu.Â
Peristiwa pahit tak sampai disitu saja. Zanna dipaksa melakukan hubungan oleh seniornya dalam mobil saat pulang dari kegiatan himpunan. Predator seksual berkedok aktivis kampus banyak terjadi di negeri ini. Pelaku adalah anak himpunan yang tidak hanya aktif dalam kegiatan kampus, tetapi juga pintar dan dicintai oleh lingkungannya.Â