destinasi wisata yang ada di Sulawesi Utara tepatnya di Kabupaten Minahasa Utara ini saat menghadiri International Conference, Likupang-North Sulawesi: Discover The Hidden Paradise secara virtual.
Likupang. Nama yang unik. Saya baru mengenalYa ampun, kemana saja saya selama ini. Sebagai orang Sulawesi saya merasa tertinggal karena baru mengenal Sulawesi Utara sebatas Bunaken dan Manado saja.
Padahal, masih banyak potensi wisata surgawi di Sulawesi Utara. Salah satunya Likupang yang lokasinya hanya menempuh perjalanan sekitar 1 jam 15 menit dari Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.Â
Hanya saja, kecantikan alam yang dimiliki Likupang belum diketahui banyak orang sehingga masih disebut sebagai surga tersembunyi.
Nama Likupang sendiri telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sejak 15 Juli 2019 sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas di Indonesia. Mengikuti empat destinasi Bali Baru lainnya yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo yang telah lebih dulu menyandang cluster super prioritas.
Dalam upaya untuk memperkuat pariwisata Sulawesi Utara baik di kancah domestik maupun Internasional, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF) menggelar konferensi internasional bertajuk Discovery Likupang, North Sulawesi - Discover The Hidden Paradise.
Kegiatan bertaraf Internasional ini merupakan kolaborasi antara KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Harian Kompas. Dilaksanakan secara hybrid (offline dan online) di Novotel Manado Golf Resort and Convention Center pada Selasa (8/3/2022).
Tujuannya adalah selain untuk mempromosikan keindahan alam Likupang sebagai Destinasi Super Prioritas sekaligus menggali berbagai potensi produk wisata yang ada di Likupang dan sekitarnya agar dapat dikembangkan dengan upaya pelestarian alam dan budaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan DSP Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara memang membutuhkan perencanaan pembangunan yang terintegrasi. Dimana pemerintah perlu memaksimalkan potensi alam yang sudah ada, termasuk keanekaragaman hayati.
Inilah yang menjadi pokok bahasan dalam konferensi internasional yang saya saksikan lewat Zoom.
Senada dengan yang disampaikan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey melalui Kepala Dinas Pariwisata Hendry Richard Willard Kaitjily dalam sambutannya, pengembangan wisata Likupang dijalankan berbarengan dengan mendongkrak ekonomi masyarakat dan tetap konsisten menjaga alam di dalamnya.
Kata Henry, perluasan area wisata Likupang terus dilakukan hingga ke Pulau Bangka dan wilayah sekitar. Pembangunan wisata di Likupang juga melibatkan daerah tetangga seperti Manado, Bitung, Tondano, dan Minahasa sebagai bagian integrasi dan kebersamaan mewujudkan Sulut sebagai daerah tujuan wisata.
"Likupang memang yang paling bungsu diantara DSP lainnya tapi dengan kolaborasi kita bangun bersama. Untuk itu sekali lagi terima kasih kepada KEMENPAREKRAF yang telah menyelenggarakan acara ini sebagai bagian dari pengembangan Likupang. Dalam pembangunan ini yang terpenting adalah bagaimana kita mengkonversi lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan juga menjaga alam dan budaya". Demikian ujar beliau sebelum mengakhiri pembicaraannya.
Sementara itu Anggota Komisi X DPR-RI Vanda Sarundajang dalam sambutannya memberi apresiasi kepada Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang telah bekerja keras di semua sektor pembangunan daerah khususnya bidang pariwisata.
Vanda menegaskan bahwa pariwisata merupakan penggerak pembangunan daerah dan Indonesia. Beliau juga berharap pesona Indonesia yang ada di Sulawesi Utara dapat dikembangkan secara profesional oleh stakeholder di dalamnya.
"Sulut punya kekayaan alam hebat. Terlebih untuk kawasan wisata bahari dengan daya tarik alami. Pantai Pulisan contohnya. Ke depan ini akan memberikan tantangan tersendiri baik dalam pengelolaan maupun manajemen pariwisatanya," ujar Vanda
Wisata dan Penyelenggaraan KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF, Rizki Handayani Mustafa yang dalam sambutannya menyoroti gastronomy tourism.
Hadir pula dalam konferensi ini Deputi Bidang ProdukMenurut beliau salah satu jenis wisata di Likupang yang potensial dan memiliki keunggulan adalah gastronomy tourism. Dimana wisatawan saat berkunjung tidak hanya dapat menikmati sajian kuliner melainkan juga dapat mengeksplor segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan dari makanan dan minuman khas Sulawesi Utara yang kaya akan rempah.
"Ketika kita bicara tentang gastronomi, kita bicara bagaimana pola kehidupan masyarakat di dalam agriculture farming dan kemudian dipengaruhi oleh budaya, sehingga jadilah suatu makanan dengan cita rasa dan keunikan khas. Inilah keunikan yang menjadi kekuatan dari Sulawesi Utara, makanannya sangat kaya akan rempah"
Beliau juga menyinggung soal wisata halal. Sebagaimana kita ketahui bahwa mayoritas masyarakat Sulawesi Utara memeluk Agama Kristen, sehingga dibutuhkan verifikasi khusus seperti adanya sertifikasi halal yang dapat menjadi daya tarik bagi wisata muslim.
"Kenapa takut dengan label Wisata Halal? Itu tujuannya untuk verifikasi dan memisahkan tempat-tempat (khususnya restoran) sehingga dapat menarik wisatawan muslim lebih banyak untuk datang ke Sulawesi Utara."
Pak Menteri KEMENPAREKRAF, Sandiaga Salahudin Uno hadir secara daring (dok.pri)
Terakhir ada pidato sekaligus peresmian International Conference Likupang, North Sulawesi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang disampaikan secara daring.Â
Menurut Sandiaga Uno, Likupang sebagai destinasi super prioritas merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh sebab itu di dalamnya tersimpan tanggung jawab besar untuk mengelola destinasi ini agar berkualitas dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat di masa kini dan masa mendatang.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno berharap pelaksanaan kegiatan International Conference ini dapat membangun kolaborasi dengan menggali semua potensi Destinasi Super Prioritas Likupang dengan 3T (Tepat manfaat, Tepat sasaran dan Tepat waktu).
"Untuk itu mari bersama kita jadikan pelaksanaan kegiatan konferensi Internasional ini sebagai kesempatan untuk membangun kolaborasi dengan menggali semua potensi DSP Likupang dengan 3T (Tepat Manfaat, Tepat Sasaran dan Tepat Waktu), untuk kebangkitan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja seluas luasnya di Sulawesi Utara khususnya di Likupang," begitu ujarnya.
Walau menyaksikan dari layar namun saya bisa ikut merasakan kemeriahan dalam acara pembukaan Konferensi Internasional untuk menggaungkan DSP Likupang-Sulawesi Utara yang dihadiri oleh 100 peserta luring dan ratusan peserta daring ini.
Keseruan acara semakin bertambah setelah pembawa acara mengundang Timothy Marbun, jurnalis senior kompas untuk memandu jalannya diskusi yang terbagi atas dua sesi.
Sesi pertama membahas seputar Eksplorasi Daya Tarik Keindahan Tanah Alam Likupang dengan menghadirkan 4 narasumber dari berbagai latar.Â
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan terkait Mengembangkan Potensi Integrasi Pariwisata Kawasan Likupang dengan 5 narasumber lainnya pada sesi kedua.
Eksplorasi Daya Tarik Keindahan Tanah Alam Likupang
Materi pertama pada sesi 1 terkait Strategi Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Sulawesi Utara Likupang disampaikan oleh Bapak Hendri Richard Willard Kaitjily selaku Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara. Menurut Henry, modal dasar dari pengembangan pariwisata di Sulawesi Utara ini semua berawal dari komitmen yang kuat.
"Kita harus bangga bahwa kita punya Gubernur dan Wakil Gubernur yang benar-benar peduli kepada pariwisata. Ini juga harus diikuti oleh kabupaten dan kota  lainnya, kalau tidak ya tidak sinkron nantinya" begitu ujarnya.
Dari pemaparan beliau, saya baru tahu kalau Sulawesi Utara yang memiliki 4 Kota dan 11 Kabupaten ini memiliki lokasi yang disebut Bumi Nyiur Melambai dan juga Gateway to Asia & The Pacific yang merupakan potensi dari provinsi ini.
Lebih lanjut, beliau memperlihatkan data-data yang menunjukkan bahwa Sulawesi Utara tidak pernah diam dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.
Terbukti dengan jumlah kunjungan wisatawan dari nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Provinsi ini terhitung dari tahun 2014 hingga 2021 terus meningkat.Â
Saya juga cukup tercengang ketika mengetahui ternyata ada banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Sulut, diantaranya Tiongkok, Jerman, Singapura, Amerika Serikat, Australia, dan berbagai negara lainnya.
Bahkan selama pandemi, Sulawesi Utara tidak sepi dari para wisatawan asing, hanya saja jumlahnya memang tidak sebesar saat  virus corona belum merebak.
Selanjutnya ada Christine Fenie seorang pengamat wisata Bahari yang sejak tahun 1980 telah ditugaskan di Manado sebagai consultant expert evaluator product tourism dan marine tourism untuk membuat penilaian terhadap destinasi wisata di Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil laporan penilaian tersebut beliau menemukan surga pariwisata  baik di darat maupun di laut kalau diatur dengan baik. Bahkan menurut beliau Indonesia berpotensi menjadi destinasi pariwisata no. 1 di dunia.
Beliau juga memberikan kritikan positif yang cukup tajam terhadap perilaku buruk manusia termasuk para wisatawan yang berkunjung tanpa memperhatikan kebersihan lingkungan dengan membuang sampah langsung ke laut.Â
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa taman laut Indonesia really a very fantastic world. But it is? Or it was? Tanpa selamatkan laut kita akan mendapatkan banyak masalah termasuk di Likupang. Kalau tidak memperhatikan laut segera semua kekayaan akan lenyap.
Di sini saya tertarik dengan pembahasan Pak Fennie apalagi menyinggung masalah sampah. Sayangnya waktu presentasi setiap pemateri dibatasi.
Beranjak ke materi berikutnya berkaitan dengan Likupang yang terpilih sebagai Destinasi Super Prioritas yang presentasikan oleh Prof. Bet El Silisna Lagarense, MM Tour, Profesor Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado.
Prof Bet menjelaskan bahwa destinasi super prioritas mencakup pariwisata berkelanjutan, meningkatnya akses dan pelayanan industri pariwisata meningkat, adanya partisipasi lokal, memberikan peluang terhadap investasi swasta.
Terkait pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development), kuncinya adalah dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Serta tidak merusak alam dan budaya masyarakat setempat agar dapat diwariskan pada generasi penerus.
Lebih lanjut, beliau menunjukkan slide demi slide pesona yang dimiliki Likupang seperti Savanah Pulisang dan Kinunang, Island and Marine Tourism, White Sandy Beach, Pulisan, Local Culinary dan masih banyak lainya yang bikin saya berdecak kagum.
Pantas saja Likupang dikatakan sebagai hidden paradise. Pesona alamnya begitu memukau tak kalah dengan keindahan alam  4 bali baru lainnya.
Namun suatu destinasi wisata jika tidak dinarasikan dengan baik atau tidak dipromosikan maka akan selamanya menjadi hidden paradise. Inilah materi yang diangkat narasumber terakhir pada sesi 1, Aris Prasetyo yang merupakan Wartawan Ekspedisi Wallacea Kompas. Tentang kekuatan narasi untuk mempromosikan pariwisata.Â
Dari penuturan beliau saya baru mengenal istilah storynomics tourism yaitu strategi untuk menarik minat wisatawan agar datang berkunjung.Â
Strategi ini dapat diterapkan dengan cara menggali apa kekuatan cerita (kearifan lokal) dari Likupang. Kemudian dikemas dengan narasi yang baik, diperkuat dengan foto, grafis dan video lalu dipromosikan di media massa, media sosial dan lain-lain.
Menurut beliau jangan harap hidden paradise seperti Likupang dapat dikenal, didatangi atau dikunjungi jika tidak pernah dinarasikan dengan baik. Karena itu, kekuatan narasi sangat penting untuk mempromosikan Likupang agar menjadi destinasi surga yang tidak lagi tersembunyi.
Mengembangkan Potensi Integrasi Pariwisata Kawasan Likupang
Memasuki sesi kedua diawali dengan topik upaya mendorong akselerasi dan kawasan lingkungan melalui optimalisasi dampak Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang yang dipresentasikan oleh Ibu Paquita Widjaja Rustandi selaku Project Development Head PT MPRD.
Menurut Ibu Paquita semua kawasan harus punya cerita untuk menjadikannya  sebuah destinasi yang dapat menarik pengunjung dari luar untuk datang. Cerita yang dimaksud bisa datang dari mana saja, baik alam, budaya, maupun masyarakat.
Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa Kawasan Pariwisata Likupang memiliki bukan hanya satu cerita melainkan tiga cerita.Â
Cerita yang dimaksud antara cerita alam yang meliputi program konservasi dan edukasi, cerita budaya dengan memperkenalkan berbagai keanekaragaman budaya dan keunikan sejarah yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Selain itu, cerita manusia yaitu terkait beragam upaya pemberdayaan manusia yang tujuannya untuk memaksimalkan potensi masyarakat sekitar kawasan serta meminimalisir lonjakan emisi karbon yang disebabkan oleh oleh transportasi pengangkutan.
Berbicara tentang destinasi wisata di suatu daerah tentu tidak lepas dari kuliner khasnya. Nah, berikutnya ada materi Merangkai Kuliner Menjadi Destinasi Unggulan yang dipresentasikan oleh Chef Ragil secara singkat.
Beliau menyebutkan 5 hal yang perlu dipersiapkan yaitu food mapping dimana produk harus dipetakan terlebih dahulu, melakukan food tour & experience operator, mencoba setidaknya 5 produk F&B, menghasilkan produk oleh-oleh yang baik serta menghadirkan buku resep unggulan.
Sedangkan jika ditanya kuliner seperti apa yang perlu dipersiapkan, Chef Ragil menuturkan bahwa kuliner tersebut harus memiliki cerita di belakangnya, terdapat di lokasi yang unik, punya kekhasan dan adanya presentasi yang menarik.
Dari wisata kuliner, kita beranjak ke wisata rohani yang mengundang Dr. Paul Richard Renwarin seorang Peneliti dan Budayawan Minahasa sebagai narasumber ketiga pada sesi kedua ini.
Beliau memberi contoh berbagai jenis wisata rohani yang dapat dilakukan seperti mengikuti kegiatan peribadatan yang bercorak inkulturatif dalam budaya setempat, ziarah dengan mengunjungi tempat-tempat peribadatan seperti gereja, masjid, vihara, dan tempat ziarah lainnya.
Termasuk dalam wisata rohani yaitu wisata pekuburan dimana hal ini lazim dilakukan oleh masyarakat dari berbagai agama.Â
Di Islam sendiri disebut nyekar yaitu tradisi berkunjung ke makam keluarga menjelang hari raya. Selain itu, banyak juga umat muslim yang melakukan wisata rohani dengan berkunjung ke makam-makam para wali, ulama, atau sosok yang dianggap bertuah.
Menurut Roro Paul, sayangnya wisata pekuburan seperti ini belum banyak ditata dalam corak wisata dan lokasi pekuburan pun belum banyak diperhatikan oleh pemerintah.
Selain membahas wisata rohani, beliau juga menyinggung mengenai wisata budaya dan wisata sejarah serta integrasi dan koordinasi para pemangku kepentingan yang dapat menjadi acuan dalam mengembangkan potensi wisata di Likupang. Jadi bukan hanya wisata alamnya saja yang ditonjolkan.
Selanjutnya, ada materi tentang tentang membangun pariwisata daerah melalui medium event promosi potensi ekonomi kreatif kekayaan lokal daerah di Indonesia yang disampaikan oleh Pak I Wayan Suwastana yang merupakan, Direktur Sales & Marketing Pacto Convex.
Menurut beliau ada banyak cara untuk menggaet wisatawan. Ada konser, festival, olahraga, eksibisi, dan lain sebagainya. Untuk Likupang sendiri jelas dimungkinkan dapat diadakan acara-acara tersebut.
Dalam pemaparannya beliau juga menyinggung Trend Pariwisata 2022, dimana di tahun ini teknologi menjadi semakin penting dalam pengambilan keputusan, personalisasi dan keahlian lokal akan semakin krusial, perjalanan akan lebih terencana, pariwisata berkelanjutan masih menjadi trend, keselamatan dan kesehatan menjadi fokus penting dan International Corporate Travel pulih paling akhir.
Sebagai penutup sesi 2 hadir Bapak Yosua Makes, CEO Plataran Indonesia yang menyampaikan materi terkait Lesson Learned, strategi membangun pariwisata unggulan berbasis ekowisata taman nasional Bali Barat.
Sebagai tambahan informasi, Plataran Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang mengedepankan ECO Tourism dan sudah sering memenangkan berbagai penghargaan.Â
Motto perusahaan ini adalah True Indonesian Icon dengan konsisten menerapkan cara yang dinamakan hospitality with impact dengan misi masyarakat bisa hidup berselaras dengan alam.
Moto yang sangat menarik yah. Nah, sesuai dengan topik materinya, Bapak Yosua dalam pemaparannya lebih menyoroti pesona wisata di Bali khususnya Ekowisata Taman Nasional Bali Barat.
Materi ini setidaknya dapat memberikan gambaran kepada peserta konferensi Internasional Likupang terkhusus pemerintah pusat maupun daerah untuk mengembangkan Likupang sebagai pariwisata unggulan berbasis ekowisata.
Tidak terasa kurang lebih 6 jam saya mengikuti acara International Conference Likupang, North Sulawesi, mulai dari pembukaan hingga penutup.
Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan konferensi internasional secara virtual. Senang sekali bisa mendapat kesempatan turut menyaksikan diskusi seru dari para narasumber dalam menggali potensi KEK Likupang untuk dikembangkan ke depannya.
Waktu 6 jam untuk menggali semua potensi wisata di Likupang memang tidak cukup tapi setidaknya dapat memberikan gambaran dan juga harapan bahwa salah satu dari Wonderful Indonesia ini akan segera menjadi destinasi wisata yang tidak lagi tersembunyi.
Ah, semoga kelak saya pun bisa segera menjejakkan kaki di Bumi Nyiur Melambai.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H