Mohon tunggu...
Siska Dewi Arini
Siska Dewi Arini Mohon Tunggu... -

Reporter. Adventurer. Miris, melihat kehidupan masyarakat di Ujung Negeri, yang seharusnya menjadi beranda Republik ini. namun nyatanya selalu terpinggirkan, terisolir, dan jauh dari kesejahteraan. Memotret kehidupan masyarakat di pulau terluar dan perbatasan, membuat saya berkata, Indonesia KAYA!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saatnya "unjuk gigi"

31 Januari 2010   10:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sidrom aktualisasi diri seperti yang dimuat dalam TribunTimur, memang menjadi fenomena yang mengisi jagad kehidupan manusia belakangan ini. Seorang psikolog, Ratih Ibrahim (pemilik lembaga konsultasi psikologi Personal Growth), mengungkapkan bahwa sekarang orang tidak akan mengenal kita, kalau kita belum pernah 'nongol' di media (cetak, online, maupun  elektronik). Kenyataan ini memang benar adanya. Sekarang orang belomba-lomba untuk bisa mengaktualisasikan diri lewat media. Bagaimanapun caranya, mau norak, mau keren, mau serius atau bahkan aji mumpung. Dan kesempatan untuk bisa memanfaatkan media sebagai sarananyapun tak perlu susah-susah. Apa yang kita punya, disitulah sumber daya yang kita miliki di eksplore, atau bahkan mendekati eksploitasi. Eksploitasi dalam arti, kita terkadang tidak melihat kemampuan yang dimiliki dan seberapa besar memenuhinya, karena tanpa sadar  sebenarnya kita "maksa". Misal, ajang-ajang bergensi yang kerap ada di TV. Berapa persen sih yang memang mempunyai basic dan modal yang mendukung? contohnya: acara X, si Y tampil nyanyi dengan suara yang kurang bagus, penampilan biasa-biasa saja, tapi jangan salah, si Y bisa menjual belas kasian dari pemirsa, hingga akhirnya Y bisa lolos sampai babak final dan terpilih sebagai idola acara X. Ini 'kan benar-benar mengeksploitasi rasa belas kasian tadi. kalaupun kemudian si Y sukses dan menjadi orang mapan/terekenal, yang lain pada niru. Begitulah seterusnya...

Contoh lain, sekarang sudah banyak program acara televisi yang bertajuk "reality show". Namanya juga reality, yang berasal dari kata 'real' atau nyata. Tapi prakteknya, tanyangan ini justru full rekayasa. Kasusnya saja yang 'real', yang mungkin diangkat dari kisah nyata, tapi pemainnya diambil dari kita-kita yang belum sempat ditawari main film/sinetron. Disinilah salah satu ajang aktualisasi diri yang terbuka lebar, mengingat program reality dan sejenisnya  sudah menjamur.

Masih dalam media televisi, bukan cuma anak muda  yang berusaha mengaktualisasikan dirinya lewat program atau tayangan-tanyangan tv, para pejabat negara sekarang juga mulai merambah ke dunia "nampil". Apalagi suara mereka dibutuhkan oleh masyarakat atas nama 'keberpihakan pada rakyat' terhadap beberapa masalah yang dihadapi bangsa ini. Para politisi kini makin mudah dijumpai dalam layar warna televisi. Mereka tidak lagi pakai ajang promosi lewat iklan kampanye dll, tapi cukup bicara soal rakyat di TV mereka sudah didengar dan dikenal  oleh rakyat, mudah 'kan?

Lain lagi dengan aktualisasi diri lewat media online, internet. Media yang satu dinilai mempunyai janngkauan terluas dan termudah mampu memfasilisitasi kita dalam pengaktualisasian diri. Cukup dengan modal seprangkat PC dan jaringan internet, kita sudah bisa melihat dunia, atau bahkan dunia yang akan melihat kita. Dan sekarang sarana ini cukup banyak dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Ini karena didukung oleh jaringan internet yang menyebar hampir ke seluruh pelosok daerah di Indonesia.

Begitu mudahnya kita mengepakkan sayap untuk memperkenalkan pada dunia, inilah saya!! Perkembangan media sebagai fasilitator juga mampu melahirkan manusia-manusia sadar eksistensi. Tapi tak bisa dipungkiri, fenomena sindrom aktualisasi diri ini juga rentan dengan kondisi psikologis seseorang. Ketika seseorang sudah dijanjikan mimpi-mimpi indah yang terlihat mudah digapai, namun tidak siap dengan terpaan-terpaan kehidupan yang lebih dari sebelumnya, maka jumlah orang stress di negeri kita akan bertambah.

Selamat berkelana dalam kehidupan "unjuk gigi". Eksistensi yang didasari oleh percaya diri akan melahirkan prestasi, bukan untuk orang lain tapi paling tidak untuk diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun