Mohon tunggu...
Inovasi

Fenomena Tugu Jogja

20 September 2015   22:57 Diperbarui: 20 September 2015   23:21 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Fenomena tugu jogja atau yang lebih dikenal dengan tugu malioboro ini memang tidak pernah usang dimakan jaman. Semakin banyaknya wisata di jogja tetap saja tidak mengalahkan ramainya pengunjung di tugu jogja. Untuk sekedar lewat ataupun  berhenti sejenak untuk berfoto.  Bahkan penduduk lokal Yogyakarta juga mengakui bahwa tugu jogja adalah tempat yang wajib dikunjungi ketika hijrah ke kota ini.

Sebutan jogja istimewa memang sangat pantas disandang kota gudeg ini. Banyaknya pengunjung di kota ini selalu meningkat setiap tahunnya. Khususnya di tugu jogja, selalu menjadi salah satu tujuan utama pengunjung selain malioboro. Semakin banyaknya perantau di kota ini, menjadikan semakin padatnya lalu lintas. Sebutan kota pelajar juga disandang oleh kota bakpia ini. Dengan banyaknya universitas negeri maupun swasta di Yogyakarta, menambah banyaknya pelajar perantau dari banyak daerah di Indonesia. Jika dihitung satu mahasiswa baru membawa satu kendaraan, dan di bandingkan dengan mahasiswa yang wisuda kembali ke kampung halaman, tidak sebanding. Sebanyak 78,7 persen dari total jumlah mahasiswa di Jogja adalah perantau dari luar daerah. Untuk jumlahnya, mahasiswa perantau ini berjumlah sekitar 200.000 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

Pada tanggal 19 september 2015 23.47 WIB saya menghampiri segerombol remaja yang sedang berfoto di tugu jogja. Mengapa mereka lebih memilih tugu jogja untuk berfoto, mengapa tidak di tempat yang lain. Salah satu dari mereka Rasyid mengatakan “saya jauh-jauh dari jawa timur kalau tidak bisa menyempatkan berfoto di tugu ini ya rugi mbak, tempat yang bisa dibilang salah satu icon kota jogja ini wajib dikunjungi, foto ya biar ada kenangannya kalau saya pernah ke jogja. Hehehe” ujarnya. Memang ramainya para remaja berfoto di tugu ini pada pukul 23.00 keatas. Alasan yang pasti karena lalu lintas di sekitar tugu ini sudah sepi. “ya kalau kita fotonya siang atau sore ramai kendaraan mbak, lagian kita ke jogja juga cuma 3 hari, jadi harus pintar-pintar membagi waktu” ujar Saiful salah satu pengunjung dari Ponorogo.

Renovasi tugu jogja setiap tahunnya juga menjadikan tugu jogja ini menjadi icon yang pantas di banggakan oleh kota Yogyakarta. Tugu yang di bangun sejak tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I ini mengalami perubahan total pada 10 juni 1867 dimana saat itu terjadi bencana alam gempa bumi besar yang mengguncang Yogyakarta, yang membuat bangunan tugu runtuh. Pada tahun 1889 keadaan tugu benar-benar berubah, saat pemerintah Belanda merenovasi seluruh  bangunan tugu itu. Kala itu tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan pun menjadi lebih rendah, yakni hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itulah, tugu ini disebut sebagai De White Paal atau Tugu pal Putih. Perombakan bangunan tugu saat itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan santara rakyat dan raja, namun melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, akhirnya upaya tersebut tdak berhasil. Demikian sedikit ulasan tentang fenomena tugu jogja yang dapat saya berikan. Kota Jogjakarta tetap istimewa dengan segala sejarahnya, dan tetap menjadi kota pelajar dengan segudang ilmunya.

Sumber : http://jogjaistimewa.weebly.com/sejarah-tugu-jogja.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun