Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kaukah Yang Ada Di Antara Embun?

2 Desember 2024   12:50 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:56 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Embun (sumber gambar: https://pxhere.com/id/photo/911826)

Desember, hari penuh rintik
Dedaunan basah, bunganya kupetik
Tinggalkan kenangan, asa terbetik
Aksara pun berderet terketik

Berderet asa di penghujung tahun
Kaukah yang ada di antara embun?
Menyeringai bersama melodi daun
Kuharap balas kasih kan terlantun

Terlantun melodi kasih di awal Desember yang dingin
Memeluk rindu kepada sosokmu yang kuingin
Namun embun membawa kenang menetes, meresap dalam pori bumi
Akankah rinduku ngilu terkubur bersama sunyi?

Rinduku di antara kilatan batu nisan luka sesak
Butiran gerimis perlahan mulai menghapus sunyi
Menyelam kenangan masa silam
Mutiara mata mengalir deras tiada henti

Tiada henti kusenandungkan simfoni rindu
Di sudut-sudut sepi
Di ceruk-ceruk sunyi
Adakah ia terbawa oleh sang bayu kepadamu?

Sampai kah pesanku padamu?
Sebab aku sangat merindu
Hingga habis air mataku
Berujung pilu dan sendu
 
Pilu dan sendu selalu merayu
Menyayat jantung, merobek asa
Entah kapan kau akhiri
Semua derita yang mendera

Mendera hati dalam sunyi
Resah berdiam di sudut senja
Takdir berbisik tanpa warna
Rindu terselip di pucuk waktu

Baca juga: Tungku Asmara

Waktu berputar seakan lambat
Tiada memahami rasa yang tertambat
Memenjara ragamu yang ingin kurengkuh cepat
Desember berlalu, tetapi hanya sekadar lewat
Datanglah temu! Rinduku sungguh sekarat

Sekarat menantimu berdenyut lagi dalam jantung getar cinta
Masih kutulis puisi bertajuk rindu
Menemani gelegak darah menanti waktu
Rembulan di awang-awang. Ada satu cinta saja, katanya sambil mengulum senyum

Rumah Pena Alegori, Senin, 2 Desember 2024, 12.30 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun