Desember, hari penuh rintik
Dedaunan basah, bunganya kupetik
Tinggalkan kenangan, asa terbetik
Aksara pun berderet terketik
Berderet asa di penghujung tahun
Kaukah yang ada di antara embun?
Menyeringai bersama melodi daun
Kuharap balas kasih kan terlantun
Terlantun melodi kasih di awal Desember yang dingin
Memeluk rindu kepada sosokmu yang kuingin
Namun embun membawa kenang menetes, meresap dalam pori bumi
Akankah rinduku ngilu terkubur bersama sunyi?
Rinduku di antara kilatan batu nisan luka sesak
Butiran gerimis perlahan mulai menghapus sunyi
Menyelam kenangan masa silam
Mutiara mata mengalir deras tiada henti
Tiada henti kusenandungkan simfoni rindu
Di sudut-sudut sepi
Di ceruk-ceruk sunyi
Adakah ia terbawa oleh sang bayu kepadamu?
Sampai kah pesanku padamu?
Sebab aku sangat merindu
Hingga habis air mataku
Berujung pilu dan sendu
Â
Pilu dan sendu selalu merayu
Menyayat jantung, merobek asa
Entah kapan kau akhiri
Semua derita yang mendera
Mendera hati dalam sunyi
Resah berdiam di sudut senja
Takdir berbisik tanpa warna
Rindu terselip di pucuk waktu
Waktu berputar seakan lambat
Tiada memahami rasa yang tertambat
Memenjara ragamu yang ingin kurengkuh cepat
Desember berlalu, tetapi hanya sekadar lewat
Datanglah temu! Rinduku sungguh sekarat
Sekarat menantimu berdenyut lagi dalam jantung getar cinta
Masih kutulis puisi bertajuk rindu
Menemani gelegak darah menanti waktu
Rembulan di awang-awang. Ada satu cinta saja, katanya sambil mengulum senyum
Rumah Pena Alegori, Senin, 2 Desember 2024, 12.30 WIB