Pada Ahad, 17 November 2024 lalu, saya menghadiri Khotmul Qur'an Metode Qiroati Angkatan XIII dan Wisuda Tahfidzul Qur'an Angkatan V se-Samarinda, Kalimantan Timur.
Hari tersebut sangat saya nantikan, mengingat salah satu murid privat mengaji turut menjadi peserta wisuda. Murid saya tersebut memang belajar mengaji secara privat dengan hadir ke rumah saya sesuai jadwal yang disepakati, dengan pertimbangan dekat dari rumah, cukup ditempuh dengan jalan kaki. Namun setiap maju evaluasi untuk kenaikan buku, ia melakukan ujiannya di Taman Pendidikan Qur'an ( TPQ) Uswatun Nisa, tempat guru saya mengajar.
Ilmi, demikian panggilan akrab murid saya yang turut wisuda, belajar tahsin metode Qiorati sejak duduk di kelas 2 SD. Mulai dari buku jilid 1 hingga selesai buku Gharib dan Tajwid saat memasuki kelas 5 SD. Dia adalah siswa kategori anak lulusan pertama di aktivitas saya mengajar privat, di saat siswa lain memilih berhenti untuk tidak melanjutkan belajar mengaji karena alasan-alasan tertentu.
Berbeda halnya dengan Ilmi yang terus melanjutkan upayanya belajar tahsin ditengah kesibukannya sebagai siswa sekolah dasar negeri. Ia sempatkan hadir di sore hari, meski tampak lelah menghelayut di wajahnya, tetapi ia tetap semangat menyelesaikan halaman demi halaman, jilid demi jilid buku tahsin.
Guna mencapai gelar syahadah (lulus ujian tahsin metode Qiroati), Ilmi dan para calon wisuda lainnya mengikuti 4 bagian ujian, yaitu Tartil (membaca Alqur'an dengan perlahan sesuai tajwid, gharib dan fasih), Fashohah (membaca ayat-ayat Alqur'an dengan baik dan benar sesuai makhrajul huruf), Gharib (ilmu-ilmu bacaan yang tidak biasa atau jarang terjadi dalam bahasa Arab yang ada di dalam Alqur'an) dan Tajwid (ilmu yang mempelajari cara membaca Alqur'an sesuai dengan hukum-hukum bacaannya).
Ilmi sendiri sempat menjalani remedi di dua bagian pada ujian pertama. Pada ujian kedua, ia musti remedi lagi di bagian Tajwid. Saat ujian berikutnya digelar, ia kembali mengikuti remedi ketiga Tajwid, masih belum lulus.
Kekhawatiran sempat melanda pada dirinua, galau jika nanti belum lulus lagi. Saya terus menyemangatinya bahwa remedi bukan akhir dari segalanya. Masih terbuka kesempatan untuk belajar lebih tekun lagi, baik mempraktekkan maupun mempelajari teorinya. Karena tujuan utama belajar Alqur'an adalah terua berinteraksi dengan Allah Swt.
Alhamdulillaah, berkat bimbingan dan latihan bersama dengan kawan-kawan di TPQ Uswatun Nisa binaan Ustadzah Noral Fitriah (guru saya), Ilmi mendapatkan kembali kepercayaan diri dan optimis mengikuti remedi berikutnya. Dan, hasilnya, Ilmi dinyatakan lulus bagian Tajwid dan berhak mengikuti khotmul qur'an.
Betapa senang, haru dan bangga saya kepada ikhtiar yang dilakukan oleh Ilmi. Juga kepada kedua orang tua dan kakak yang telah mendukung dan mendoakan. Pula pada Ustadzah dan anatri lainnya di TPQ Â yang mendukung upaya Ilmi mendapatkan hasil terbaik.
***