Suara aneh itu masih terdengar
Menyisakan derik pilu menggigil
Dari onggokan lukisan
Yang tak jelas menorehkan sosok
Ya, suara lolong serak tercekat
Disertai anyir yang terbawa debu terbang
Entahlah, apa karena sapuan kuas penuh darah?
Suara aneh masih terdengar
Lirih, pilu, menyayat
Melantunkan kepedihan tak bertepi
Mengapa bau anyir makin pekat hingga dedaunan kering takut luruh dari ketiak ranting?
Obor nyalang menatap lukisan
Bersorak memberangus lukisan hingga meremah abu
Suara itu tetap terdengar, masih terdengar, terus terdengar.
Merintih, menyayat, makin pilu.
Abu itu berubah menjadi genangan darah. Pekat. Anyir.
Kota Tepian Mahakam, Jumat, 13 September 2024, pukul 14.05 WITA
***
Puisi ini dibuat oleh penulis saat menerima tantangan di Pos 5 - Games Jelajah Literasi bersama Komunitas Rumah Pena Alegori - sebuah komunitas kepenulisan alumni kelas puisi.
***
Artikel 21 - 2024
#Tulisanke-571
#PuisiSiskaArtati
#PuisiTemaHoror
#PuisiTemaAngker
#JelajahLiterasi
#RumahPenaAlegori
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H