Masih seputar kuliner dari Jogjakarta ketika saya berada di sana, artikel kali ini menyajikan siratan kenangan yang mampir dalam jiwa karena sepiring Bakmi Godhog.
Hari Rabu, 21 Agustus 2024 usai Magrib, saya keluar dari hotel berniat membeli obat anti nyeri di apotik sekitar hotel dan sekalian makan malam. Saat itu gigi dan gusi saya sedang kurang sehat.
Seputaran hotel tempat saya menginap terdapat banyak tempat makan maupun penjual gerobakan yang mangkal menyajikan aneka jajanan, baik kategori ringan maupun berat.
Setelah mendapatkan obat, dengan berjalan santai sendiri, saya memilih resto dengan tampilan unik, dekat dengan hotel.
Saya sebut unik, karena mata saya menangkap ada sepeda ontel menempel di dinding resto, juga meja mesin jahit tempo doeloe yang terbuat dari kayu.
Pun ada papan tulis hitam persegi dengan tulisan Sate Klathak menggunakan kapur putih pada meja dekat bakaran sate. Wah, papan tulia begitu mengingatkan saya zaman sekolah dasar.
Tadinya saya urung masuk ke sana, terpikir gigi saya yang sedang kurang sehat, aepertinya tidak bakal kuat mengunyah daging jika memesan sate. Padahal sate klathak merupakan menu kuliner yang masuk daftar kepengenan untuk dicicipi selama di Jogja.
Ah, ternyata resto menyediakan menu yang menyegarkan selera makan saya, yaitu Bakmi Godhog!
***