Rindu yang masih bermukim di dadaku, telah memberikan dua jenis rasa dalam melewati berbagai musim-musim kehidupan. Ia menjelma tetes embun yang jatuh di atas kelopak-kelopak lavender, memberikan binar keemasan pada rona rembulan. Namun, di sisi lain, rindu merupa duri-duri di ranting lavender, menabuh genderang nyeri tak terperi dalam sanubari.
Rindu yang bersemayam di lakuna tubuhku, bergaduh nyeri tak terperi dalam sanubari.
Gemuruh tangisnya meracau sukma hingga mencacah derasnya hujan di gersang hari.
Akankah rindu ini harus selamanya bersemayam tanpa bisa kuhempaskan di sejuk pagi?
Atau harus kuhembuskan pada sang Bayu agar tersampai ke relung-relung sepi?
Sementara sepi masih memeluk erat rindu yang tak kunjung terbayar.
Raga seakan sendirian sekalipun dunia penuh hingar-bingar.
Sekalipun penuh nelangsa menahan rasa tanpa sua, aku coba tegar.
Hingga pertemuan denganmu dihadapkan dan seluruh rindu aku bakar.
Maka jadilah ia abu dan terbang membawa hidup yang sukar.
Dan bersama kita menyemai rasa yang semakin mekar.
Rasa yang semakin mekar, tumbuh indah di ruang rindu
Berpeluk asa dalam diamnya kata
Bertahta namamu di ujung rasa
Selimuti harap dan mimpi bersua temu
Curahkan berjuta cerita gores jejak kenangan
Abadi selamanya hingga jiwa terlepas dari raga
Ketika raga melepas rindu, mungkin hanya denyut nadiku yang menjadi saksi
Kemana hatiku kan kau bawa pergi, sementara jejakmu masih di setiap keping senja
Manakala angin menerbangkan pesawat kertas
Dan sesapan secangkir kopi hitam masih belum habis kureguk. Rindumu mengampas di tiap dinding ruang yang enggan pergi
Meski mengampas rindumu belum juga tuntas  jiwa meranggas
Cemas semakin mengganas
Seiring langkah menyusut jarak  tanpa jejak
Ke tepian waktu yang tak akan lagi berpihak
Ketakutan meremas jantung sisakan dada sesak
Segenap pengharapan kan pertemukanku dengan cinta yang menggebu
Segenap pengharapan
terus kugenggam
Bersama rindu yang kian menikam
Menyisakan tetes-tetes pilu di relung kalbu
Menanti hadirmu di sisiku
Mengurai rasa yang tak pernah reda
Dan semakin merekah dalam jiwa
Rumah Pena Alegori, Senin, 4 September 2023
***
#PuisiKolaborasi. Sebuah puisi bersambung pwrsembahan dari Komunitas Rumah pena Alegori (alumni kelas puisi) dengan Tema Rindu yang Kujaga. Puisi bersambung karya dari Almahdi Zainuddin, Siska Artati, Hanidar Fela Anandari, Rani Iriani Safari, Sarah Safira, Titi Ariswati dan Ummu Rafasa
***
Artikel 78- 2023
#Tulisanke-523
#PuisiKolaborasi
#PuisiBersambung
#RumahPenaAlegori
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H