Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Merupa Duri-duri di Ranting Lavender

4 September 2023   18:34 Diperbarui: 4 September 2023   19:07 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Rindu yang masih bermukim di dadaku, telah memberikan dua jenis rasa dalam melewati berbagai musim-musim kehidupan. Ia menjelma tetes embun yang jatuh di atas kelopak-kelopak lavender, memberikan binar keemasan pada rona rembulan. Namun, di sisi lain, rindu merupa duri-duri di ranting lavender, menabuh genderang nyeri tak terperi dalam sanubari.

Rindu yang bersemayam di lakuna tubuhku, bergaduh nyeri tak terperi dalam sanubari.
Gemuruh tangisnya meracau sukma hingga mencacah derasnya hujan di gersang hari.
Akankah rindu ini harus selamanya bersemayam tanpa bisa kuhempaskan di sejuk pagi?

Atau harus kuhembuskan pada sang Bayu agar tersampai ke relung-relung sepi?

Sementara sepi masih memeluk erat rindu yang tak kunjung terbayar.
Raga seakan sendirian sekalipun dunia penuh hingar-bingar.
Sekalipun penuh nelangsa menahan rasa tanpa sua, aku coba tegar.
Hingga pertemuan denganmu dihadapkan dan seluruh rindu aku bakar.
Maka jadilah ia abu dan terbang membawa hidup yang sukar.
Dan bersama kita menyemai rasa 
yang semakin mekar.

Rasa yang semakin mekar, tumbuh indah di ruang rindu
Berpeluk asa dalam diamnya kata
Bertahta namamu di ujung rasa
Selimuti harap dan mimpi bersua temu
Curahkan berjuta cerita gores jejak kenangan
Abadi selamanya hingga jiwa terlepas dari raga

Ketika raga melepas rindu, mungkin hanya denyut nadiku yang menjadi saksi

Kemana hatiku kan kau bawa pergi, sementara jejakmu masih di setiap keping senja

Manakala angin menerbangkan pesawat kertas

Dan sesapan secangkir kopi hitam masih belum habis kureguk. Rindumu mengampas di tiap dinding ruang yang enggan pergi

Meski mengampas rindumu belum juga tuntas  jiwa meranggas
Cemas semakin mengganas

Seiring langkah menyusut jarak  tanpa jejak
Ke tepian waktu yang tak akan lagi berpihak
Ketakutan meremas jantung sisakan dada sesak
Segenap pengharapan kan pertemukanku dengan cinta yang menggebu

Segenap pengharapan
terus kugenggam
Bersama rindu yang kian menikam
Menyisakan tetes-tetes pilu di relung kalbu
Menanti hadirmu di sisiku
Mengurai rasa yang tak pernah reda
Dan semakin merekah dalam jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun