Pengenalan cinta tanah air melalui latihan baris-berbaris, menyanyikan lagu-lagu wajib nasional dan daerah, sejarah para pahlawan, begilir menonton film-film para pejuang kemerdekaan, mulai mewarnai kehidupan saya ketika memasuki kelas 3 Sekolah Dasar, baik melalui kegiatan Pramuka maupun kesenian.
Apalagi Hari Pramuka di Indonesia juga diperingati  setiap bulan Agustus yaitu pada tanggal 14. Sehingga semarak memperingatinya selalu beriringan dengan kegiatan Pramuka.
Semasa usia sekolah dasar hingga menengah atas, berkat bimbingan para guru dan instruktur dari luar sekolah, saya dan kawan-kawan hampir selalu terpilih menjadi bagian petugas inti di pelaksanaan Upacara Bendera.
Mulai dari petugas pengibar bendera, pembaca Undang-Undang Dasar 1945 tanpa teks, pemimpin regu, anggota dan pemimpin paduan suara. Amanah dari mereka, tentu sebisa dan semampu saya melaksanakan dengan rasa haru dan bangga.
Baca juga:Â Berlatih itu Wajib, Jadi Juara itu Bonus!
***
Momen paling berkesan dan takkan terlupa sepanjang hauat, ketika saya mengikuti seleksi dirijen untuk Aubade 17 Agustus semasa kelas 3 SMP.
Aubade adalah istilah umum yang merujuk kepada nyanyian atau alunan musik untuk memberikan penghormatan pada pagi hari. Aubade biasanya dibawakan oleh banyak orang, bisa dalam bentuk paduan suara, nyanyian tunggal, atau kelompok musik (ensembel, orkes simfoni). Di Indonesia, aubade kerap kali ditambahkan sebagai bagian dari upacara perayaan hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, yang ditampilkan setelah upacara pengibaran bendera selesai.Â
Seleksi diikuti wakil dari masing-masing sekolah SMP dan SMA, alhamdulillah, saya terpilih oleh panitia upacara tingkat Kabupaten. Bersama itu pula, teman satu sekolah juga lolos seleksi dan terpilih sebagai pemimpin upacara.
Berkat bimbingan guru kesenian sekolah dan instruktur dari Dinas Pendidikan, saya berlatih serius menjadi Dirijen untuk Aubade pada Upacara Penurunan Bendera di sore hari.
Menjadi dirijen, tidak hanya melakukan gerakan tangan sesuai ketukan birama dari masing-masing lagu. Sebagai pemimpin paduan suara atau kelompok bernyanyi, kita harus luwes membawakan gestur tubuh, mimik wajah dan kode-kode tertentu pada saat alunan nada mendayu, pelan, suara keras, nada lagu menghentak dan gembira, namun tetap fokus dengan gerakan birama. Bahkan saya ikut sedikit berlenggang dan mengetuk panggung dengan kaki kanan, sebagai tanda semangat bernyanyi bersama.