Semasa usia kanak, hadiah yang sangat mengesankan dari Bapak dan Ibu saat mereka bepergian dari luar kota adalah buah tangan berupa buku cerita. Bagi saya, bukan sekedar oleh-oleh, tetapi hadiah yang menghadirkan rasa suka cita menyimak narasi pengarangnya.
Mengajak saya menjelajalah dan berkelana dengan imajinasi yang dibangun oleh isi cerita, berlagak saya sebagai salah satu tokoh yang ada di setiap cerita. Saya pun jatuh cinta pada buku di usia lima tahun pertama kehidupan.
Ayah dan ibu juga berlangganan koran untuk beliau berdua, serta majalah anak dan remaja untuk anak-anaknya. Tentu saja hal ini mereka lakukan guna memenuhi hasrat membaca kami hingga menjadi kegemaran yang tak terlewatkan di sela aktivitas.
***
Setuap tahun ajaran baru, Ibu membuat daftar buku-buku paket pelajaran yang harus dibeli. Jika masih ada kesempatan meminjam dari kakak kelas, maka Ibu akan membelikan buku yang belum kami punya saja.
Demikian juga dengan saya. Berharap buku yang dipinjam dari kakak kelas sudah rusak atau tak bisa dipakai lagi agar dapat buku baru, tapi ternyata buku-buku yang dipinjam itu masih berkondisi bagus. Untuk menghibur saya, Ibu mengajak ke toko buku langganan kami di kota. Supaya saya tidak kecewa karena menggunakan buku bekas pantas pakai, hitung-hitung mengajak saya jalan-jalan sejenak.
***
Perjalanan dari desa tempat tinggal saya saat itu (era tahun 1980 sampai dengan awal tahun 2000-an) menuju ke Kota Tegal, ditempuh dalam 45 menit menggunakan kendaraan roda empat.Â
Toko Buku Makmur yang terletak di Jalan Diponegoro merupakan toko buku langganan kami untuk membeli peralatan dan perlengkapan sekolah. Ibu mengeluarkan daftar buku yang akan di beli, sampul buku dan peralatan alat tulis baru. Terkadang saya mendapat hadiah buku mewarnai.