Baru sebulan kita melepas Ramadan dan menyambut Syawal, lalu menjalani ibadah puasa sunnah di bulan tersebut. Kini tiada terasa Syawal pun berlalu dan kita memasuki Bulan Dzulqaidah.
Kompasiana pun telah mengumumkan para pemenang Samber THR. Saya mengucapkan selamat kepada para kompasianer yang telah begitu bersemangat menuliskan sajian artikel sesuai tantangan Admin selama 30 hari penuh. Selamat pula kepada para pemenangnya. Kalian semua adalah juaranya.
Nah, setelah Ramadan berlalu, bagaimana semangat ibadah kawan-kawan muslim sekarang? Apakah masih tetap terjaga dan stabil mewarnai bulan-bulan di luar Ramadan? Atau ada sedikit lengah karena kesibukan dan agenda baru yang ingin dicapai?
Ya, sebagaimana iman, kita rasakan naik turunnya dalam menjalankan ibadah harian. Bila biasanya agak telat atau menunda salat, kita melatih diri untuk tepat waktu saat panggilan adzan sedang berkumandang.
Dengan khusyuk kita persiapkan diri berwudhu, salat sunah rawatib, salat berjamaah baik di musala atau di masjid, lanjut berdzikir dan tilawah, kemudian melanjutkan kembali aktivitas seperti biasa. Apakah kebiasaan ibadah di bulan Ramadan terus dilanjutkan agar tetap melekat dalam kegiatan harian?
***
Berkenaan dengan makhluk bernama Waktu, Allah Swt telah mengingatkan kita melalui firmannya di dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Ashr (Demi Masa), yang mana sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.
Waktu sedemikian cepat berlalu. Bila tidak diisi dengam kegiatan yang bermanfaat, maka manusia akan merugi dengan kesempatan yang diberikan Tuhan.
Salat fardu 5 waktu yang Allah Swt perintahkan bagi kaum muslim adalah bentuk disiplin diri tentang waktu. Karena jika kita terlatih salat 5 waktu -- apalagi di awal-awal waktu, akan menjadikan kita disiplin dan tepat waktu sehingga segala aktivitas kita terprogram dengan baik.
Semua insan diberikan waktu yang sama dalam sehari tersedia 24 jam, dan ada waktu-waktu tertentu untuk kita melaksanakan ibadah. Namun adakalanya manusia lalai dalam menyiasati waktu. Kembali teringat saat situasi dan kondisi menggiringnya untuk kembali bisa menjalankan dan berusaha menegakkn disiplin dalam ibadahnya, sepeeti saat Ramadan.
Begitu pula dengan tilawah atau membaca Al-Qur'an. Bisa jadi, kita membuka dan membacanya setahun sekali di Bulan Puasa. Timbul kerinduan untuk menetapkan niat membacanya seteap hari sehelai demi sehelai halaman. Namun adakalanya keinginan tinggal keinginan. Usai Ramadan, niat tersebut terabaikan.
Kita patut bersyukur saat hati terketuk untuk memperbaharui niat dan menguatkannya dengan melaksanakan niat tersebut. Itu tanda Allah Swt sayang kepada kita.
Kita ambil contoh membagi waktu untuk menyempatkan diri berinteraksi dengan Al-Qur-an. Saat Ramadan, kita bersungguh-sungguh mencanangkan target khataman. Maka sebaiknya demikian pula di luar Ramadan, kita bisa mencanangkannya minimal khatam satu kali dalam sebulan.
Al-Qur'an yang terdiri dari 30 juz, per juz-nya terdiri dari 10 lembar (20 halaman). Kita bisa membaginya dengan cara membaca 2 lembar (4 halaman) setiap kali selesai melaksanakan 5 salat wajib. In syaa Allah dalam sehari, kita kholas (selesai) satu juz. Jika rutin dilakukan, in syaa Allah kita bisa khatam setiap bulannya.
Minimal ada 1 ayat dalam sehari yang kita baca, lebih bersyukur lagi bila menyempatkan diri membaca lebih dari itu. Kita siapkan waktu khusus untuk bertilawah di antara rutinitas yang ada.
Bila bacaan kita belum lancar, masih terbata-bata, tetaplah bersemangat membacanya. Setiap huruf yang kita baca, Allah berikan pahala terbaik bagi pembaca kalam-kalam-Nya. Kita berusaha pula untuk memperbaiki bacaan (tahsin) bersama guru yang paham tentang makhrajul huruf, gharib dan tajwid.
Saat kita mengerjakan ibadah seperti salat atau mengaji, ada saja godaan menerpa. Rasa wawas, kepikiran pekerjaan sebelum atau sesudahnya, dan lamunan lainnya.
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain” (QS: Al-Insyirah: 7)
Allah Swt mengingatkan kita melalui ayat Ayat di atas agar setelah selesai mengerjakan satu pekerjaan maka hendaknya kerjakan pekerjaan lainnya, supaya kita terus produktif tapi pastinya jangan lupa untuk istirahat dan berbagi waktu sesuai ahendanya masing-masing.
Saat kita mengerjakan satu kegiatan, usahakan untuk fokus pada urusan tersebut. Jika telah selesai, maka lanjutkan dengan agenda berikutnya. Begitu pula saat kita menjalankan ibadah.
Kita sering diingatkan dengan “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara". Ya, jangan sia-siakan waktu sebelum 5 perkara. Muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk dan hidup sebelum mati.
Mumpung masih ada umur, kesehatan yang prima, segala kecukupan dalam hidup, kelapangan waktu dan nikmat nafas dalam hidup, mari jauhi sikap menunda-nunda.
Jika salat saja kita tunda-tunda, wajar bukan jika yang lainnya juga terbiasa kita menunda-nunda. Sebaiknya, bersegeralah melakukan kebaikan.
Tulisan ini menjadi penginhat diri saya pribadi. Semoga pula menjadi manfaat bagi pembaca dalam mengiringi renungan hari ini.
Salam sehat, selalu bahagia.
***
Artikel 45 - 2023
#Tulisanke-490
#ArtikelHumaniora
#DisiplinIbadah
#Muhasabah
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H