Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resep Keluarga dan Kenangan yang Berkelindan pada Warisan dalam Kamar Pendaringan

10 Mei 2023   09:54 Diperbarui: 10 Mei 2023   09:58 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya turut merasakan haru biru mengenang masakan Ibu melalui buku ini, sepertinya Mbak Widz merindukan masakan Emek.

***

Saya juga pernah tinggal di sebuah rumah peninggalan kolonial Belanda. Bukan rumah pribadi, melainkan rumah dinas di komplek Pabrik Gula. Bangunan yang cukup besar, ruangan-ruangan yang luas dan plafon tinggi, lengkap dengan halaman depan dan belakang yang lapang dan asri.

Sebagaimana rumah-rumah bangunan peninggalan kolonial Belanda, penggambaran Mbak Widz tentang rumah tinggalnya di Matraman Jakarta, sekilas hampir mirip dengan rumah dinas yang pernah saya tempati. Hanya saja, Rumah Dinas Administratur Pabrik Gula saja yang memiliki Paviliun sebelah Rumah Utama.

Narasi yang digambarkan oleh Mbak Widz tentang rumah Emek dan keluarga, mengantarkan kenangan saya pula tentang rumah-rumah Belanda di masa itu.

Setuju dengan Mbak Widz, hati rasa sembilu, ketika rumah itu dirobohkan, digantikan dengan yang baru, yang lebih modern. Pemilik baru hanya membeli rumah, tidak turut membeli kenangan dan sejarah rumah itu. Semua tak ada yang abadi.

Dan, yang terekam dalam buku ini semoga menjadi kenangan abadi yang tak lekang oleh zaman.

***

Ada dua resep keluarga Mbak Widz yang juga menjadi minuman dan masakan favorit kami di masa Bapak saya masih hidup dan aktif berdinas di Pabrik Gula, yaitu Setup Jambu Biji dan Pindang Bandeng.

Ilustrasi Setup Jambu Biji (sumber: https://www.parenting.co.id)
Ilustrasi Setup Jambu Biji (sumber: https://www.parenting.co.id)

Sama seperti dikisahkan Mbak Widz dalam bukunya, Buah Jambu Biji didapatkan dari hasil tanaman pohon jambu di rumah sendiri. Jika Mbak Widz suka memanjat pohon dan berceloteh mencurahkan isi hati pada batang dan dedaunannya dengan berduduk santai di atas dahannya, berbeda dengan saya yang lebih suka ngletekin alias mengupas kulit tipis pohon jambu yang biasa digunakan sebagai sarang kecil temlat sembunyi semut Rangrang (semut merah besar atau Karangga). Bisa langsung dengan tangan manual atau pake pisau bambu. Entahlah, saya suka melakukannya di masa kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun