Tetapi demikian, saya turut senang. Capek sepekan sebelum lebaran karena menyiapkan kue-kue ini, akan terbayar puas saat menikmatinya di saat berlebaran usai salat Ied.Â
Baca juga:Â Temui Kembali Aku, Ramadan.
Ya, kami hanya sekadar mencicipi satu-dua kue saja saat keluar dari oven. Selebihnya harus terjaga dan tidak tergoda memakannya. kakak perempuan sulung disiplin dengan sesegera mingkin menyimpan kastengel dan nastar itu ke dalam toples. Apalagi jika kue itu adalah pesanan pelanggan ibu. Ujung-ujungnya kan saya juga yang mengantarkan kue pesanan itu.
Selain kue kering tersebut, Ibu selalu menyenpatkan membuat Bolu Gulung Isi Selai Nanas. Beliau sendiri yang membuat selainya, bahkan saya turut andil menemani berbelanja nanas, gula dan bahan kebutuhan lain untuk membuat kue lebaran.
Ibu sangat telaten memuat adonan selainya. Mengaduknya juga membutuhkan tenaga ekstra agar selai nanas awet, manis asamnya pas dan legitnya menggigit.
Ibu tak membuat banyak, biasanya dibawah 10 gulung roti. Di antaranya untuk hidangan lebaran tamu, sebagian lagi untuk di bawa pulang kembali kakak-kakak yang sudah berumah tangga untuk sangu atau oleh-oleh mertuanya.
***
Kini, saya jarang menemukan sajian bolu gulung ini di momen lebaran. Lebih banyak sajian kue kering kekinian dan makanan berat.
Kue kering yang saya sajikan di rumah bukanlah bikinan tangan saya sendiri, tapi memesan dari tetangga kakak. Hanya dua kue saja, yaitu kue Bawang  Regal dan Palm Sugar Keju.
Ada juga sih, kue Putri Salju dan Kue renyah Kacang Mete. Dua kue kering ini pemberian dari kantor suami.
Nah, agar tidak bosan dengan sajian kue kering, tahun ini saya menyediakan puding buah bikinan dari Hanna Dessert, tetangga perumahan sebelah. Alhamdulillah bebas ongkos kirim jika pemesan masih sekitar wilayah sekelurahan.