Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sosok Kartini di Kompasiana yang Saya Kagumi

21 April 2023   19:43 Diperbarui: 23 April 2023   07:54 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.freepik.com/free-photos-vectors/kartini

Peringatan Hari Kartini hari ini bertepatan dengan Perayaan Idulfitri 2023. Saya pun tergelitik ketika membaca Topik Pilihan Kompasiana yang ditawarkan tentang sosok penulis perempuan yang dikagumi di beyond blogging ini.

Ya, Admin Kompasiana bertanya:

Kami ingin tanya siapa sosok penulis perempuan di Kompasiana yang dikagumi?

Dari sekian banyak pengguna dan penulis perempuan di Kompasiana, adakah yang sosoknya berkesan dan jadi favorit? Mungkin karena karya-karyanya yang dahsyat atau karena kiprahnya yang perlu diapresiasi.

Sejak kapan dan bagaimana Kompasianer mengenalnya? Inspirasi apa yang Kompasianer dapatkan dari sosok beliau?

Pikiran dan benak saya langsung menerawang dan menyebut satu per satu sosok-sosok penulis yang saya kagumi dengan tulisannya.

Di antara mereka ada yang sudah kenal dan akrab sebelum kebersaman menulis di Kompasiana, ada pula yang saya kenal setelah berkumpul bersama mereka dalam komunitasnya.

Siapa saja kah mereka yang saya kagumi?

***

Bunda Roselina Tjiptadinata adalah sosok ibu yang saya kagumi di Kompasiana. Mulai mengenal bunda saat beliau memberikan komentar di artikel kelima yang saya unggah saat itu. Bahkan hingga kini saya memiliki unggahan 400-an lebih artikel, beliau setia dan rajin menyapa saya dengan sebutan ananda.

Demikianlah kebiasaan dan kedekatan Bunda dengan hampir semua Kompasianer. Mendapatkan perhatian dan sapaan ramah dan sayang dari beliau, tentu menjadi sebuah kehormatan bagi saya yang merupakan penulis pemula di Kompasiana.

Saya kagum.dengan konsistensi beliau menulis dan menuangkannya penuh sarat makna kehidupan yang beliau jalani bersama Ayah Tjipta. Berbagi pengalaman berumah tangga dan wawasan dengan keliling Indonesia dan dunia. Bersyukur saya pun berkesempatan jumpa beliau langsung di acara Kopdar Samarinda tahun 2022 lalu.

Semoga kelak saya bisa mengikuti jejak beliau dengan bersapa tulus kepada para Kompasianer di sela waktu kegiatan.

Sosok Sri Rohmatiah Djalil juga saya kagumi atas segala kerendahan hati beliau. Sosok pemalu tapi berpotensi luar biasa di setiap tulisannya. Tak salah bila Kompasiana sering menyematkan label Artikel Utama hampir di setiap unggahannya.

Sifat intorvert tak menghalangi beliau berkarya, baik sesrawungan dengan tetangga sekitar di desanya, mbangun deso dan nguri-nguri budaya jawa melalui kegiatan pertanian dan budaya daerahnya. Pula kisah inspiratif seputar kehidupan rumah tangga, utamanya mendukung profesi suami sebagai pelukis.

Saya mengenal beliau jauh sebelum berinteraksi di Kompasiana. Kami bertemu dalam satu kelas edit di komunitas kepenulisan. Berlanjut di Kompasiana, beliau makin berkembang pesat dengan karya tulisnya, bahkan menghasilkan buku solo dan memimpin komunitas menulis para emak.

Namun demikian, sifat rendah hati beliau tidak berubah hingga kini. Obrolan yang mengalir bersamanya, memberikan pelajaran sabar dan tawadhu pada saya dalam menjalani kehidupan.

Begitu pula dengan Mbakyu Yuliyanti, pengusaha alat dan pernak pernik bangunan di desanya, adalah sosok tangguh yang juga saya kagumi. Mengenal beliau saat sama-sama berada dalam komunitas Bintang Akademia di Paytren Academy, kami seiring sejalan dalam mengikuti kelas penulisan dan nyemplung bareng di Kompasiana.

Saya salut dengan kegigihan dan swmangatnya untuk mau belajar dari manapun dan dengan siapapun. Ia labrak mental block agar bisa menulis dengan baik seperti Kompasianer lainnya. Ia putuskan untuk tidak minder, karena sejatinya setiap insan diberikan kesempatan untuk maju dan berwawasan.

Tulisan karya beliau mulai menampakkan hasil berkat tekad kuatnya untuk bisa menulis artikel yang memikat dan bermanfaat. Sesekali puisi, lebih sering resep masakan, pula artikel tentang pekerjaan keseharian melayani para konsumen dan koleganya.

Apalagi ketika akun beliau mendapat apresiasi centang biru, semangatnya makin menggebu untuk selalu memberikan artikel terbaik. Keluguan beliau dengan dialek jawa yang ia sematkan dalam artikel, membuat saya terhibur.

Berikutnya adalah mbak Hennie Triana Oberst. Wanita kelahiran Medan yang kini menetap di Jerman adalah kompasianer yang turut saya kagumi. Konsistensi beliau dalam menyajikan artikel tentang Jerman mengantarkan saya mengenal lebih dekat negara maju di Eropa melalui tulisannya.

Awal perkenalan saya dengan beliau saat diajak mengikuti belajar bersama di grup KPB dan Pak Khrisna Pabichara tentang cerpen atau novel. Berlanjut dengan intens berkomunikasi di grup maupun percakapan pribadi.

Kesamaan saya dengan beliau yang berasal dari keluarga perpaduan Jawa-Melayu, pengalaman merantau jauh dari orang tua, pernah bekerja di perusahaan asing, memiliki seorang putri yang seusia dan kini beranjak remaja, membuat obrolan kami menjadi satu frekuensi. Curhatan saya pada beliau, biasanya berujung tertawa riang atau mentertawakan diri kami sendiri. 

Nah, dari kalangan pendidik, Kartini di Kompasiana yang saya kagumi adalah Bunda Yuli Anita dan Bunda Siti Nazarotin. Yang satu Guru Matematika, sedang satunya lagi adalah Guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Matematika adalah pelajaran momok bagi saya, tapi menjadi sangat ciyeh-ciyeh ketika menyimak pelajarannya melalui penjelasn Bunda Yuli. Saya seakan siswa yang terlahir kembali ke masa sekolah dulu. Beliau sangat piawai mentransfer ilmu pengetahuannya dengan cara kekinian.

Begitu pula dengan Bunda Siti Nazarotin. Sering kita temui resep masakan pada artikel beliau di Kompasiana. Namun di tengah kesibukan mengajar, beliau menulis dan membimbing sesama para pendidik agar menyajikan tulisannya pula di Kompasiana.

Beliau juga tak segan berbagi ilmu dengan membuat siniar seserhana dan mengunggah liputan mengajar di kanal youtubenya. Semangat beliau sungguh luar biasa. Bahkan di kala senggang, kami sempat berkolaborasi membuat puisi, rekaman suara, lalu beliau menayangkan hasilnya di youtube.

Nah, ada pula Ibu Rumah Tangga yang peduli dengan dunia pendidikan yaitu Mbak Yana Haudy. Beliau baru saja mendapat apreaiasi pemenang pertama event kepenulisan kerjasama Kompasiana dan Kemendikbudristek. Saya pun dibuat kagum padanya tulisan-tulisannya.

Opini yang beliau sampaikan di setiap unggahan, nudah dicerna oleh saya. Diksi yang digunakan sangat menarik dan menggugah pembaca untuk sepaham dengannya. Tak salah jika beliau mendapat anugerah sebagai The Best in Opinion Kompasianival 2022.

Mbak Wahyu Sapta adalah Kartini di Kompasiana selanjutnya yang juga saya kagumi. Sering menyajikan resep masakan, wisata kuliner juga cerpen atau puisi. Wanita muda yang menetap di Semarang ini menjadi tombo kangen saya dengan Kota Lumpia.

Beliau pun konsisten dengan artikel yang disajikan dengan tayangan foto yang apik, terutama dari bunga-bunga hasil tanaman pribadi yang sangat unik dan indah.

Nah, kalau dengan Bu Isti Yogiswandani, sosok ini membuat saya terhibur dan dibuat kagum di setiap tulisannya. 

Betapa tidak? Obrolan ringan bersama suami, entah soal jalan-jalan tipis di kota, kulineran, bersepeda, semangkuk bakso, wes tho, opo wae so dasi tulisan apik di tangan beliau. Gak njlimet, gak kakeyan teori. Ngalir apa adanya. Tulisan yang renyah dan asyik sampai akhir. Semoga akun beliau bisa segera membiru kembali, aamiin.

Sebagai penutup, tak lengkap rasanya bila saya belum menyebut nama Mbak Lilik Fatimah Azzahra. Seorang ibu yang gigih dalam mendampingi anak-anaknya menuju cita-cita yang didambakan hingga meraih kesuksesan.

Beliau tak segan berbagi kisah inspiratif kehidupannya sebagai single parent, juga berbagi ilmu tentang dunia kesehatan yang digelutinya.

Mengenal beliau berawal dari karya cerpen mistis yang saya bacakan bersama teman sesama Kompasianer dan sesekali bersapa di grup perpesanan, beliau pun dengan sabar membimbing saya yang sedang tahap belajar membuat cerpen.

Demikianlah sosok Kartini di Kompasiana yang saya kagumi sebagai bentuk apresiasi sederhana yang bisa saya ungkapkan. Meski banyak penulis perempuan lainnya di kompasiana, mohon maaf apabila saya belum menyebutkan satu per satu.

Selamat Hari Kartini untuk kita semua. Semoga berkenan.

Mohon maaf lahir dan batin, selamat Idulfitri 2023 juga untuk pembaca yang merayakannya.

Salam sehat dan bahagia selalu.

***

Artikel 38 -2023

#Tulisanke-483
#ArtikelLove
#KartinidiKompasiana
#HariKartini2023
#NulisdiKompasiana



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun