Sekira awal Bulan Maret ini, suami saya tugas dinas luar kota ke Yogyakarta. Sepulang dari sana, beliau membawa oleh-oleh berupa kudapan bakpia kukus dan panggang khas Kota Gudeg tersebut.
Namun yang sangat saya suka adalah sekotak ramuan Wedang Uwuh dan Seduhan Jahe Merah. Minuman favorit saya setelah teh aroma melati tentunya.
Ya, Wedang Uwuh khas Yogya ini saya gemari sejak dulu. Sahabat, kerabat atau tetangga yang baru pulang dari kota ini, hampir semuanya tahu saya penyuka minuman ini, sehingga sering mampir ke rumah menyampaikan oleh-oleh tersebut.
Tampilan kemasannya sederhana saja. Ada yang menyebut bahwa Wedang Uwuh sebagai minuman sampah. Padahal minuman yang berisi bahan rempah ini bermanfaat bagi tubuh.
Melansir dari grid.id, sebutan minuman sampah karena berbagai rempah yang ada di dalam wedang tersebut bercampur jadi satu layaknya kumpulan sampah organik.
Memang isian wedang uwuh terdiri dari irisan tipis-tipis jahe, kayu secang, kayu manis, daun cengkeh, biji pala dan gula batu kristal. Tapi saya menikmati minuman ini tanla gula, sehingga lidah mengecap rasa asli seduhan hangat wedang ini.
Sebelum ramadan tiba, saya mengalami kelelahan dan nyeri tulang punggung karena sering duduk lesehan guna mengajar mengaji dan les anak-anak. Bisa duduk hingga berjam-jam, membuat punggung bagian bawah sering kelelahan. Capek sekali.
Nah, saya mengkonsumsi minuman ini berselang seling hari dengan minuman seduhan jahe merah. Alhasil, nyeri saya berangsur hilang dan malah ketika memulai pekan pertama jelang ramadan dan memasuki bulan suci tersebut, saya bisa bertahan agak lama duduk bersila untuk tilawah.
Bagi pembaca yang belum mengenal Wedang Uwuh, wedang ini merupakan minuman tradisonal jawa yang biasa dikonsumsi oleh keluarga keraton hingga kalangan rakyat.
Â
Rasa sensasi hangat dan menyegarkan terasa sekali di tubuh, sehingga menjadi andalan saya dalam menjaga stamina selama bulan ramadan yang baru berjalan 9 hari ini.
Begitu juga dengan seduhan jahe merah, saya konsumsi malam hari usai tarawih sembari menikmati kudapan berbuka yang masih ada. Kehangatannya menjaga ketahanan tubuh saya untuk melakukan ibadah lainnya, juga menyamankan badan saat istirahat malam hingga waktu sahur.
Terkadang saat sahur pun, saya mengkonsumsi wedang jahe, bergantian hari dengan teh aroma melati kesukaan keluarga. Namun saya dan keluarga tetap mengkonsumsi air putih sebagai nutrisi tubuh agar tidak lemas.
Tak dipungkiri, saat ramadan seperti ini, berbuka dengan minuman segar seperti es kelapa muda, es dawet, es teh dan minuman lainnya memang menggoda. Satu-dua kali kami berbuka dengan minuman tersebut. Namun, minuman hangat tetap terhidang menjadi teman berbuka dan sahur.
Nah, bagaimana dengan minuman favorit Anda selama Ramadan? Silakan berbagi cerita di kolom komentar ya.
Alhamdulillaah, kini saatnya berbuka di Kota Tepian Mahakam. Selamat berbuka.
Selalu sehat dan bahagia!
***
Artikel 31 - 2023
#Tulisanke-476
#ArtikelSegar
#TebarHikmahRamadan
#thrKompasiana
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H