Cuplikan arti pada awal ayat tersebut: [2:185] (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Ketika disebutkan kata 'Ramadan', para pakar yang menguasai Bahasa Arab menggali maknanya. Kata ini bermula dari kata RaMaDho dan ditambahkan huruf Alif dan Nun di ujungnya. (Susunan huruf terdiri dari Ra, Mim dan Dhod ditambah dengan Alif dan Nun).
Baca juga:Â Rahasia Puasa di Bulan Ramadan (Bagian 1)
Secara bahasa, Ramadho artinya keadaan panas terik yang membakar. Bila orang Arab sedang keluar rumah, lalu terasa saat itu hawa terasa panas, terik, seakan membakar kulit, mereka menyebutnya: Ramadhotissyamsu (artinya: matahari panas teriknya luar biasa).
Jika teriknya bertambah lagi hingga menghanguskan benda-benda di sekitarnya - misalkan ada kertas terbakar, hangus, tak tersisa debu-debunya - Â maka dalam Bahasa Arab, ubah kalimat Ramadho dalam bentuk superlatif dengan menambahkan hurif Alif dan Nun diujungnya, dari kata Ramadho menjadi Ramadhon (KBBI menuliskannya dengan Ramadan).Â
Secara bahasa, Ramadhon artinya menjadi panas yang sangat terik membakar sampai-sampai menghanguskan benda-benda di sekelilingnya, tanpa meninggalkan sisa, bahkan debunya pun tak tampak.
Lalu mengapa saat kita berpuasa di sebut dengan Bulan Ramadan?
UAH menjelaskan bahwa para pakar bahasa, para ahli hadits dan para ahli Al-Qur'an meneliti ayat-ayat dan hadits Rasulullaah Saw, menyimpulkan dinamakan Ramadan seakan-akan Allah Swt menyampaikan pesan kepada kita bahwa khusus di bulan inilah Allah Swt akan membakar dan menghanguskan seluruh dosa-dosa yang pernah kita kerjakan, mulai dari sejak akil baligh hingga keadaan saat ini.
Orang-orang dahulu, saat mendengar Ramadan, yang terbayang bukan puasanya. Bukan pula lapar dan hausnya, melainkan habisnya dosa. Dosa saya habis, dosa saya habis, dosa saya habis.
Hal pertama yang didambakan oleh  seorang hamba kepada Rabb-nya bukanlah dunia, melainkan ampunan atas segala dosa yang pernah ia perbuat.
UAH menyampaikan bahwa rumus surga berkaitan dengan pahala. Adanya dosa adalah menghancurkan pahala. Jika kita ingin masuk ke dalam surga, maka gugurkanlah dosa-dosa tersebut. Allah Swt mendatangkan Ramadan untuk menggugurkan dosa yang pernah kita kerjakan.
Baca juga: Rahasia Puasa di Bulan Ramadan (Bagian 2 - Selesai)
Muncullah kemudian Hadits Nabi Saw berkaitan tentang Ramadan dan penjelasan di atas yaitu melalui Hadits Shahih Al-Bukhari No. 37Â - Kitab Iman
Melaksanakan shaum Ramadan karena mencari ridla Allah bagian dari iman  yang berlaku di malamnya dan  Hadits Shahih Al-Bukhari No.38 Kitab Iman - Agama itu mudah yang berlaku di siangnya.