Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Tujuan Utama agar Puasa Ramadan Tercapai

7 Maret 2023   15:31 Diperbarui: 7 Maret 2023   16:30 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidik layar QS.Surah Al-Baqarah ayat 183 (Dok.pri)

Alhamdulillaah, in syaa Allah pada hari ini, Selasa, 7 Maret 2023, kita memasuki hari ke-15 Bulan Sya'ban tahun 1444 Hijriah. Hari pertengahan bulan, yang mana umat Islam melaksanakan puasa sunnah nisfu sya'ban.

Selain itu, tanpa terasa, dalam hitungan hari ke depan, kita pun memasuki Bulan Ramadan. In syaa Allah kita ada umur dan takdir untuk berjumpa dengan bulan mulia yang penuh berkah.

Jelang Ramadan, tentu berbagai persiapan dilakukan, baik jasmani dan rohani. Pula dana dan agenda kegiatan untuk menjalaninya. Semangat tersebut terasa menggelora karena demikianlah kita berharap keberkahan, rahmat dan ampunan dari Allah Swt pada bulan mulia.

Menyimak tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat  (UAH) melalui kanal youtube, saya mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru tentang ramadan. Ini juga merupakan satu persiapan saya dalam menyambut bulan suci, dengan menyimak kajian dan membuka kembali catatan dan materi berkaitan puasa wajib bagi umat Islam.

Melalui artikel ini, izinkan saya berbagi rangkumannya kepada Anda, para pembaca Kompasiana di manapun berada. Semoga bermanfaat dan tidak hanya sekedar menjadi catatan pengetahuan yang berhenti di buku tulis saja. Namun kelak bisa kita baca ulang, pun sebagai pengingat diri pribadi saya yang masih miskin ilmu.

***

Dalam tausiyahnya, UAH menyampaikan bahwa turunnya ayat-ayat mengenai paket puasa bukanlah pada bulan Ramadan, melainkan pada bulan Sya'ban di tahun kedua hijrahnya Rasulullaah Saw.

Disebutkan ayat-ayat, karena sebagian umat Islam, ketika disebutkan tentang bulan Ramadan, maka fokusnya hanya pada ayat 183 Surah Al-Baqarah saja. Padahal kurikulum Ramadan itu satu paket sebagaimana yang Allah Swt firmankan dalam Al-Qur'an Surah Baqarah ayat 183 sampai dengan 187.  Ayat ini diturunkan di bulan Sya'ban, tahun kedua hijrahnya Rasulullaah Saw, dan kini kita telah memasuki hari ke-15 bulan Sya'ban.

Jadi, in syaa Allah kurikulum ini berkesesuaian dibahas saat ini dan pula sesuai dengan petunjuk atau sunnah Nabi SAW, baik dari segi historis maupun persiapan dari sisi spiritual.

Mengapa perintah puasa wajib Ramadan diturunkan di bulan Sya'ban?

Secara singkat -- menurut para ulama, UAH menjelaskan bahwa agar Nabi SAW memiliki kelapangan waktu untuk menjelaskan semua hal terkait keistimewaan dan teknis pelaksanaannya,  sehingga menghasilkan kualitas Ramadan yang sempurna, sebagaimana yang Allah inginkan bagi umat-Nya.

Dengan adanya pendidikan sebelum Ramadan yang disampaikan langsung dari Nabi SAW kepada para sahabat beliau, maka diharapkan kaum muslim baik di masa itu maupun diteruskan hingga masa kini dan yang akan datang, memiliki kelapangan hati dan mempersiapkan diri untuk menerima apapun yang diperintahkan oleh Allah Swt saat Ramadan, sehingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan.

Lebih lanjut UAH menjelaskan, dalam bahasa Arab, orang yang telah lapang hatinya sehingga ia bisa menerima dan siap melakukan apapun, disebut dengan marhaban (dari asal kata rahiba ya rahabu - rahb, yang artinya luas atau lapang).

Jika kita ingin melapangkan hati, supaya dengan mudah dan ringan melakukan apa yang datang dan kita terima, maka dalam bahasa Arab, tambahkan dengan tasydid pada kata kerja asal rahiba menjadi rahhaba yurahhibu. Kata sifatnya menjadi tarhib.

Maka dari kata ini muncul istilah yang disebut dengan tarhib, arti asalnya adalah usaha untuk melapangkan hati seluas-luasnya sehingga siap menerima dan menyambut apapun yang akan terjadi kemudian.

Bila tarhib ini dilekatkan pada Ramadan, maka memberikan kesan adanya upaya untuk melapangkan hati dan jiwa, sehingga ketika Ramadan datang sebagai tamu istimewa umat muslim, apapun yang diperintahkan Allah Swt pada bulan tersebut, siap untuk dilaksanakan.

***

Lalu, apa materi tarhib Ramadan yang Rasulullaah Saw pernah sampaikan kepada para sahabat di masa itu, menjadi kurikulum yang diwariskan kepada umat? 

Harapannya -- setidaknya kita ingin mendekati dan mencapai kualitas sebagaimana para sahabat dan tabi'in di era tersebut, meski berada di masa atau zaman yang berbeda.

Seseorang dianggap berhasil melewati pendidikan Ramadan, setidaknya ia mendapatkan 3 tujuan yang diharapkan yang Allah Swt langsung tuangkan dalam Al-Qur'an.

Pertama, adanya peningkatan ketakwaan personal, sebagaimana tertuang dalam firman-Nya. 

Allah mendesain adanya bulan Ramadan adalah untuk membentuk karakterisitik setiap muslim yang memiliki ketakwaan yang tinggi. Dalilnya adalah Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183.

Bidik layar QS.Surah Al-Baqarah ayat 183 (Dok.pri)
Bidik layar QS.Surah Al-Baqarah ayat 183 (Dok.pri)

Dalam ayat tersebut, Allah Swt mengatakan yang artinya 'agar kamu bertakwa', adalah ditujukan secara personal kepada diri kita masing-masing. Allah Swt menyiapkan puasa Ramadan dan dipanggilkan perintah ini tanpa kecuali, bertujuan untuk membentuk karakteristik ketakwaan personal bagi individu muslim.

Kedua, Ramadan disiapkan oleh Allah Swt adalah untuk membentuk ketakwaan sosial. Bukan hanya untuk membentuk kepribadian baik pada diri manusia sendiri, tetapi juga membentuk karakter aura kebaikan optimal -- menurut Al-Qur'an, yang ditebarkan ke lingkungan sekitarnya.

Puasa yang Allah wajibkan di bulan Ramadan, desainnya tidaklah biasa. Karena puasa di bulan ini secara bersamaan melatih kita untuk optimal beriteraksi dan memaksimalkan karakter sosial seseorang. Sehingga pencapaian akhirnya bukan saja behubungan baik dengan Allah Swt saja, melainkan hubungan pribadi kita dengan sesama.

Hal ini disampaikan oleh Allah Swt melalui ayat 187 di surah yang sama

Ketiga, membentuk karakteristik manusia yang bersyukur kepada Allah Swt.

Bersyukur bahwa melalui tempaan Ramadan selama 29 atau 30 hari, dengan segala altivitas seperti bersedekah, bertilawah, salat berjamaah, berbuka puaaa bersama dengan anak yatim, bahkan berbagi bersama umat lain, maka Allah turunkan dan berikan rasa ketenangan dalam diri kita.

Rasa ketenangan ini muncul karena Ramadan menempa karaktek manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Ramadan melatih kita untuk salat, mengaji, berbagi, dan amal ibdah lainnya, in syaa Allah akan mengubah pribadi yang lebih mendekat kepada Allah Swt.

Tanda-tanda Allah mengubah seseorang menjadi lebih baik, salah satunya adalah menyematkan ketenangan di hati. Karena ketenangan adalah kunci dari perjalanan kehidupan. Setelah tenang, baru kemudian dipasang oleh Allah, apakah seseorang itu ingin ilmu, harta, atau kedudukan, baru kemduian diarahkan sesuai oetunjuk-Nya.

Apabila kita merasakan ketenangan usai salat, mengaji Al-Qur'an, atau melakukan kebaikan di jalan Allah, maka itulah tanda dari-Nya agar kita menajdi pribadi yang lebih baik.

Begitupun dengan Ramadan. Ketika Allah Swt hendak mwnurunkan hidayah kepada seorang hamba, yang pertama adalah memberikan ketenangan pada hati. Kedua adalah lebih nikmat dalam beribadah dan merasakan kualitas dalam beribadah. Ada kecenderungan ingin menambah amal salih, rindu dengan tarawih padahal ramadan hampir berakhir.

Maka saat itulah, tanda awal dari Allah bahwa hidayah telah hadir dan tertanam dalam hati kita. Selanjutnya wujud akhir yang Allah inginkan pada diri kita adalah membentuk pribadi yang lebih bersyukur. Karakter muslim yang bersyukur ini ada pada surah yang sama ayat 185.

Bidik layar QS.Al-Baqarah ayat 185
Bidik layar QS.Al-Baqarah ayat 185

Demikian, semoga rangkuman tausiyah ini bermanfaat bagi kita semua. Saya mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh pembaca atas khilaf dan salah atau tulisan yang kurang berkenan.

Semoga kita senantiasa sehat dan dimudahkan dalam segala aktivitas.

Salam semangat menyambut Ramadan bagi kaum muslim di manapun berada.

Sekali lagi, salam sehat dan senantiasa bahagia

***

Artikel 23 - 2023

Sumber referensi: satu dan dua

#Tulisanke-468
#ArtikelHumaniora
#Ramadan144H
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun