Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Jam 5 Pagi, Inilah Pengalaman Masuk Sekolah Lebih Awal Dari Biasanya

3 Maret 2023   08:21 Diperbarui: 3 Maret 2023   08:29 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikustrasi gambar: https://muslimahdaily.com

Karena kebiasaan itulah, kami tidak terlalu repot membangunkannya untuk bersiap-siap berangkat lebih pagi. Pulang dari masjid usai sholat subuh, ia sarapan sebentar sekedarnya, berganti pakaian sekolah dan diantar ayahnya menggunakan sepeda motor.  Jarak rumah dengan sekolah cukup dekat, sekitar tujuh menit perjalanan. Sebelum pukul 05.45, putri kami sudah bersiap di masjid sekolah atau di ruang perpustakaan bersama teman-trman kelompok dan ustadz/ustadzah pembimbing.

Soal menu sarapan, lagi-lagi saya beruntung bahwa putri kami sangat simpel. Apa saja yang tersedia, ya makan. Entah itu masakan tadi malam yang kami hangatkan. Atau semangkuk choco crunch dengan susu, setangkup roti dengan meses coklat, sepiring nasi goreng atau menu lainnya yang bisa secepatnya saya sajikan. Bila tak sempat karena takut terlambat, dia membawanya sebagai bekal untuk di santap 15 menit jelang masuk srkolah jadwal pertama usai pesantren Qur'an.

***

Ikustrasi gambar: https://muslimahdaily.com
Ikustrasi gambar: https://muslimahdaily.com

Program Pesantren Quran tersebut berlangsung dua kali dalam sepekan, dilaksanakan lebih awal sebelum jam pelajaran pertama berlangsung.

Hasil yang kami peroleh sungguh membanggakan dan mengharukan. Anak-anak lebih cepat menghafal bersama-sama dengan teman sekelompok kecil karena lebih intens dalam muraja'ah (mengulang hafalan secara bersama-sama). Kesemepatan untuk menyetorkan hafalan bacaan surah juga tidak terburu-buru dengan adanya guru pembimbing yang menangani jumlah siswa dalam kelompok kecil tersebut. Menunggu gilirannya juga tidak lama.

Apalagi pada masa itu, anak-anak tidak terganggu dengan gawai seperti sekarang ini. Pada masa itu, tidur malam lebih cepat adalah hal yang biasa, karena usai mengerjakan PR atau aktivitas lain usai sholat isya, putri kami memilih segera tidur agar bangun lebih cepat untuk bisa sholat subuh berjamaah dengan ayahnya di masjid.

Dengan tilawah berjamah, motivasi quran dari pembimbing dan hafalan bersama di pagi hari sesudah subuh, anak-anak tetap semangat melakukannya. Pula melihat semangat dan kesungguhan para guru dalam membimbing dan membna mereka.

Apakah putri kami mengalami kelelahan atau mengantuk di pagi hari saat pelajaran? Alhamdulillah ia tidak mengalaminya. Ia pun mendapatkan asupan yang cukup untuk bekal tenaganya belajar di sekolah. Selain membawa bekal dari rumah saat program pesantren quran, sekolah menyediakan katering siswa untuk makan siang. Saya juga menyiapkan uang jajan secukupnya jika putri kami ingin beli jajan di kantin sesaat sebelum pulang sekolah.

Namun sayangnya, program ini hanya berjalan satu tahun ajaran. Ketika putri kami naik ke kelas 5, program ini tidak diadakan lagi. Sempat saya bertanya pada guru pembimbing, namun mereka tidak menjawab dengan pasti. Begitu juga ketika ngobrol dengan kepala sekolah. Harapannya, kelak program ini berlanjut dengan cikal bakal adanya kelas takhasus (kelas khusus penghafal Alquran).

Bisa jadi -- ini hanya persepsi saya, ada para pelaksana pada siswa maupun guru pembimbing mengalami kelelahan, mengingat jarak tempuh dari rumah ke sekolah berbeda bagi masing-masing peserta. Apalagi guru harus lebih pagi daripada siswa untuk menyambut mereka dan bersiap diri di masjid sekolah. Belum lagi tambahan kegiatan ekskul pada hari yang bersangkutan saat jadwal program pesnatren dilakukan. Maka kegiatan akan makin sore usai pulang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun