Sebagai umat yang percaya dan yakin kepada Allah Swt, maka kita perlu perbanyak wirid dan dzikir. Membaca kutipan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang telah ditetapkan. Rasulullaah Saw mengajarkan kepada kita, sebaiknya lakukan sesudah sholat wajib maupun sunnah, serta senantiasa mengingat Allah Swt dimanalun berada, baik dalam keadaan sedih maupun bahagia, sempit maupun lapang.
Dengan tulisan ini izinkan saya mengajak para pembaca dan juga sebagai pengingat diri saya pribadi bahwa kita patut bersyukur dengan apa yang telah kita miliki dan nikmati saat ini. Bukan merasa iri dengan apa yang telah orang lain punyai.
Ada orang yang bersibuk diri dengan mengamati kesenangan orang lain, hingga melupakan kebahagiaan dirinya sendiri. Boleh sih iri atas kesuksesan orang lain sehingga memacu semangat diri kita untuk meraih sukses. Tetapi belum tentu orang tersebut bahagia dengan kesuksesannya dan justru iri dengan kebahagiaan Anda yang adem tenteram hidup berumah tangga. Dan, baginya, itu adalah kesuksesan Anda dalam merawat mahligai perkawinan.
Ya, benar, ojo dibanding-bandingke, saing-saingke, yo mesthi kalahe.
Merasa kalah, merasa sebagai pecundang dalam urusan dunia, membuat rasa gundah dan hilang ketenteraman di hati.
Kita seakan melihat rumput tetangga lebih hijau daripada rumput pekarangan sendiri. Padahal kita juga gak tahu, rumput sebelah yang lebih hijau tadi, punya tagihan listrik, utang yang harus dibayar, cicilan yang harus diselesaikan. Juga tanggung jawab yang harus diemban, melaksanakan amanah yang tidak ringan. Kita tak melihat itu dari rumput tetangga yang laksana lebih subur dari taman rumah kita.
Bolehlah kita iri pada amal salih perbuatan seseorang untuk memacu semangat kita beribadah dan menyempurnakan amal dengan lurus niat karena Allah Swt.
Nikmat ketenteraman hati tidak bisa dibeli dengan uang. Para koruptor yang punya uang bejibun sekalipun, tak sanggup.membeli ketentaraman hati lantaran takut miskin, khawatir tertangkap basah dan menjalani proses hukum, was-was dengan keadaan keluarga yang ditinggalkan selama menghuni sel. Lalu selama dalam lembaga pemasyarakatan, ia mengikuti kajian, mendapatkan pencerahan dengan menyimak tausiyah, ia berucap istighfar, kembali memgingat Allah Swt, bertobat, dan menyelinap rasa tenteram dan damai di hati.
Itulah mahalnya rasa tenteram yang bisa jadi seseorang bisa menikmatinya setelah menebusnya dengan pengalaman pahit.
Saya pun pernah mengalami hal demikian. Orang lain beranggapan saya bahagia bekerja di sebuah perusahaan asing dengan posisi bagus dan bergaji lumayan besar di saat itu. Namun ada rasa kurang nyaman dan tenteram ketika harus meninggalkan anak yang masih balita, menitipkannya kepada keluarga lain, karena tuntutan pekerjaan. Hingga kemudian saya memutuskan mengundurkan diri dengan meminta restu suami dan mendapatkan pekerjaan lain yang membuat saya bahagia melakukannya, pun masih bisa membersamai anak di sela kesibukan harian. Tak mudah meyakinkan suami yang saat itu membutuhkan topangan ekonomi, tetapi saya yakin, rezeki takkan tertukar. Dan, Allah Swt wujudkan keyakinan tersebut hingga membuang rasa khawatir pada keluarga kami.
Jadi salah satu cara yang bisa kita lakukan agar mendapatkan kebahagiaan adalah dengan selalu mengingat Allah Swt. Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengingat-Nya, tidak harus dengan berdzikir dan sholawat. Meniatkan semua yang kita lakukan untuk beribadah pada Allah Swt adalah hal paling mudah yang bisa kita lakukan.