Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bahagia Itu Kita yang Ciptakan

12 Februari 2023   10:42 Diperbarui: 12 Februari 2023   11:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://id.depositphotos.com

Terinspirasi dari artikel yang diunggah oleh Mbak Hennie Triana Oberst pagi ini, saya pun turut tergugah untuk menulis tentang kasih sayang keluarga.

Beliau menyampaikan dalam artikelnya bahwa memupuk cinta amatlah diperlukan, meski dengan melakukan hal sederhana bersama pasangan untuk merawat rasa itu tetap ada dalam sanubari masing-masing.

Bersyukur bahwa saya sendiri mendapatkan pasangan yang begitu sabar dan penuh kasih merawat keluarga dengan caranya. Juga anugerah seorang putri yang saat ini tengah meremaja dengan perilaku santun dan menggemaskan.

Baca juga: Gombal Menawan

Selama lebih dari lima belas tahun usia pernikahan, hingga kini alhamdulillaah saya sebagai istri dan ibu, tidak mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Sangat patut bersyukur kepada Allah Swt atas harmonisnya rumah tangga.

Saya akui, rumah tangga manapun, pasti ada riak, gelombang, badai bahkan selevel tsunami yang mewarnai terkembangnya layar bahtera. Masa dimana pasangan mendapatkan ujian, cobaan, musibah, masalah, dan bagaimana mengelolanya menjadi bagian kehidupan yang suka tak suka musti dinikmati dan dijalani dengan mengedepankan solusi sebagai fokus perhatian.

Tentu dengan senantiasa berikhtiar untuk menciptakan kebahagian rumah tangga dan berdoa kepada Allah Swt. agar keluarga kami dan keluarga lainnya berada dalam lingkup rasa sakinah, mawaddah, warahmah. Itulah idaman para insan.

Bukankah demikian doa-doa yang teepanjatkan saat kita memulai berumah tangga di hadapan Tuhan?

Baca juga: Kasmaran

***

Sedih, miris dan simpati, apabila saya mendengar atau membaca kisah tentang kekerasan dalam rumah tangga. Baik nyata yang dialami kawan atau sahabat maupun pemberitaan melalui media.

Tak pelak hal itu membuat saya termenung, mengapa pasangan yang mengikat janji suci malah menodai dengan melakukan hal yang menyakiti.

Tak hanya istri yang mengalami KDRT, ada pula justru mereka melakukan pada suami. Atau keduanya melakukan pelampiasan pada anak karena perasaan tak puas atau sakit hati pada pasangan.

Bila kemudian ada yang memilih berpisah demi kebaikan masing-masing, itu adalah pilihan. Bila memilih tetap bertahan dan berharap adanya perubahan baik dari pasangan, itu juga adalah pilihan.

Kedua pilihan tersebut tentu telah dipikirkan dan ditimbang secara masak dan seksama bagi kebaikan kedua belah pihak.

***

Saya tak pandai mengurai teori, pun tak cakap dalam memberikan resep rumah tangga. Karena sejatinya sebagai manusia biasa, saya belajar dari orang-orang di lingkungan saya, seperti orang tua, kakak, kerabat, tetangga. Alhamdulillaah mereka.pun baik-baik saja dengan cara masing-masing meredam segala hantaman berumah tangga.

Bagi keluarga kami, bahagia itu kita yang menciptakan. Kami juga pribadi yang unik, yang tinggal satu atap dalam keluarga kecil. 

Kegemaran saya, suami dan anak pun berbeda. Kalau pun ada sedikit persamaan dari sekian banyak perbedaan, maka yamg sedikit itulah kami berusaha menyatukan dalam aktivitas bersama.

Satu hal yang menjadi pegangan kami adalah menjaga hati dan pikiran agar satu, sama, terhubung. Mengingat bahwa Allah Swt adalah Pengasih dan Penyayang. Lakukan segalah kasih sayang itu dalam bentuk perilaku apapun dan jadikan setiap ujaran yang keluar dari mulut kami adalah doa.

Jujur, saya sering menangis diam-diam, menitik air mata penyesalan apabila sebagai istri atau ibu, belumlah sempurna bagi malaikat-malaikat tersebut. Masih saja ada omelan ini-itu jika ada hal yang kurang berkenan di hati dalam urusan rumah atau anak. 

Namun suami dan anak tak pernah putus menghibur dan membesarkan hati saya, bahwa keluarga kami 'ada kehidupan', gak heboh kalau cuma diem-dieman aje!

Suara nyaring saya kadang menyenangkan, -- oh, 'bunda ada ya'- tapi sudah pasti bisa menjengkelkan mereka berdua. Oh, jangan sampai saya yang melakukan KDRT pada orang-orang tercinta di rumah.

Saya menulis artikel, suami mengerjakan rekapan tugas depan laptop, Nakdis asyik bikin adonan kue di dapur. Lain waktu, saya tenggelam dengan novel favorit, anak serius mengerjakan coretan sketsa di gawai melalui aplikasi gambar, dan suami menikmati hobi bersama burung-burung peliharaan. 

Kesannya, semua di rumah, tapi asyik sendiri.

Tak, mengapa, bahagia itu kita yang ciptakan. Kami akan kembali berkumpul ceria saat makan bersama, sholat berjamaah, jalan pagi menyusuri kampung di komplek perumahan atau melingkar untuk tilawah dengan juz masing-masing usai sholat fardhu.

Semoga Allah Swt. menjaga rumah tangga kami dan juga keluarga pembaca sekalian, senantiasa diliputi rasa kasih sayang dan saling menghormati pasangan dan anak. Dijauhkan dari segala marabahaya. 

Kita bisa ciptakan keluarga dengan tidak melakukan kekerasan apapun di dalamnya, aamiin.

Salam sehat dan senantiasa bahagia!

***

Artikel 18 - 2023

Artikel ini diikutsertakan dalam Event Menulis: Hubungan dengan Kasih Sayang Tanpa KDRT bersama Komunitas Penulis Berbalas (KPB)

#Tulisanke-462
#ArtikelLove
#BulanKasihSayang
#SayNoToKDRT
#KPB @kompasiana.com
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun