Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selintas Membatin, Malah Terkabul

12 Januari 2023   13:26 Diperbarui: 12 Januari 2023   13:31 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah kah Anda mengalami hal yang demikian? 

Apa yang terlintas sejenak di hati atau pikiran, tetiba terwujud? Entah berupa keinginan, harapan atau sebuah kejadian. 

Boleh dibilang saya sering mengalaminya. Tapi ya nggak sering amat sih. Kadang-kadang terkabul, kadang-kadang tidak. Tapi eh, terkabul tapi dalam rentang waktu yang berbeda. Bisa sak jek sak nyek (tetiba langsung ada atau kejadian saat itu juga). Bisa terwujud setelah rentang waktu yang lama. 

Jadi gimana? Sering atau kadang-kadang, ya?Tuh, saya sendiri juga bingung. Namun, demikianlah Sang Maha Kuasa mengabulkan segera atau tidak bagi hamba-Nya. Saya percaya dan yakin itu. 

Seperti kejadian yang saya alami dari mung sekadar mbatin, lha kok malah qobul (hanya sekedar membatin, ternyata malah terkabul).

***

Contoh nih, pada suatu masa, saya sedang butuh dana untuk keperluan kegiatan saya di suatu komunitas. Duit yang saya punya masih terbatas. Tentu saja saya tidak mau merepotkan atau membebani suami untuk meminta padanya.

Saya membatin saja, melangitkan doa, Ya Allah, semoga saya bisa dapat dana untuk bisa mendukung kegiatan ini dan saya bisa ikut agenda mereka.

Pada suatu siang, berkumpul di rumah salah satu anggota, saya mwngikuti pelatihan kecil bersama komunitas tersebut sekaligus membicarakan agenda kegiatan yang akan di gelar satu bulan mendatang.

Saat tengah mengikuti materi dan penjelasannya, tetiba gawai saya berdering. Saya izin pada pemateri dan kawan-kawan untuk menyingkir sejenak, menjawab telpon dari kakak saya.

Singkat kata usai tanya kabar dan basa-basi ala kakak adik, tetiba kakak bilang: "Dik, kami ada rezeki, in syaa Allah dari hasil halal, ingin berbagi buat kamu dan keluarga ya. Minta nomer rekeningmu, biar Mbak transfer saja. Segera ya, karena mumpung sedang di jalan, biar sekalian mampir ATM. Berapapun yang kami kirim nanti, semoga berkah, ya."

Saya menjawab aamiin dengan hati kaget. Saya membatin butuh dana sekitar sepekan sebelumnya. Lha kok malah dapat kabar mau dapat transferan pas berkumpul bareng komunitas yang sedang ingin saya bantu.

Alhamdulillaah, nominalnya besar buat saya. Saya niatkan berbagi untuk komunitas, sedekah masjid, dan tabungan untuk anak.

Contoh lainnya, saya gabung di Kompasiana masih terhitung baru. Saya ngarep dong tentunya, suatu saat bisa jumpa langsung dengan sesama Kompasianer. 

Awal kenal dengan beberapa kawan di grup perpesanan, merasa klik melalui obrolan, membaca komentar dan saling sapa di masing-masing akun. Saya pun membatin, suatu saat bisa ketemu deh sama Pak ini, Bu itu, Mbak ini dan Mas itu

Alhamdulillaah, ternyata salah satu yang terkabul adalah acara Kopdar bersama Ayah Tjiptadinata dan Bunda Roselina di Samarinda pada Agustus tahun lalu, plus kawan Kompasianer lainnya yang tinggal berdekatan dengan Kota Tepian Mahakam.

Beneran nggak menyangka, bisa terkabul dari selintas membatin dan jadi doa, kemudian terwujud.

***

Banyak kejadian yang saya alami demikian. Tak menampik kadang terlintas pikiran negatif atau membatin sesuatu yang buruk. Namun saya aegera tempis dengan istighfar, mohon ampun kepada Allah, membuang rasa was-was dan mengubah kalimat negatif menjadi kalimat positif.

Prinsip saya, apa yang jadi omongan, baik membatin atau mengucap, sebisa mungkin berupa kalimat positif dan kata-kata yang baik. Karena omongan 'kan bisa jadi doa.

Baca: Kekuatan Omongan, Kekuatan Doa

Nah, kejadian terbaru yang saya alami dari selintas membatin adalah Selasa (10/01/2023) lalu. Kita tarik dulu di awal Januari saat menulis tentang Resolusi 2023, ya.

Jadi begini, Pembaca.

Saya menyusun rencana penguatan kegiatan ibadah dalam sebuah daftar dan tabel untuk bisa terlaksana dalam kegiatan harian. Tabel sudab saya buat di akhir Desember, lalu saya cetak dan bundel untuk 12 bulan ke depan.

Tetiba saya terpikir tentang mukena, penutup aurat wanita muslim pada saat salat. Iseng saya membuka channel fashion busana muslim di Telegram, menampilkan baju-baju gamis dan mukena yang bakal hadir di 2023. Apalagi 4 bulan lagi lebaran, kan.

Kenapa saya terpikir mukena? Sebenarnya hanya sekadar pengen saja, sehubungan mukena yang lama ada yang sudah pudar warnanya, ada yang sudah lepas renda penghiasnya. Tetiba pengen punya yang baru, supaya bisa dipakai untuk tarawih dan salat idul fitri nanti.

Simak punya lihat di katalog produk cooming soon pada merk langganan, saya membatin, semoga punya mukena baru deh, musti nabung. Namun saya belum sreg dengan model atau bahan mukena yang ditampilkan di katalog tersebut. Saya berpindah melihat-lihat produk fashion lainnya. Tapi pikiran membayangkan mukena baru.

Pembaca, saya jarang membaca status whatsapps kawan-kawan yang ada di kontak gawai. Lha kok pas hari itu, saya baca status salah satu ustadzah - guru BK NakDis semasa SMP.

Statusnya sudah terunggah "kemarin", berupa giveaway dengan menjawab pertanyaan dari beliau. Dengan niatan memeriahkan status WA-nya, saya menjawab pertanyaan tersebut, karena saya yakin bisa menjawab. Tidak mengharap menang, apalagi status WA beliau dah berlangsung sejak "kemarin". Palingan juga sudah banyak yang masuk dan menjawab pertanyaan beliau, demikian pikir saya. Itu pun saya menjawabnya di malam hari.

Namun betapa kagetnya, pada esok sore di hari bersangkutan, saya mendapat pesan dari beliau:

Tangkap layar info hadiah (Dok.Pri)
Tangkap layar info hadiah (Dok.Pri)

MasyaAllah, Allahu Akbar!

Saya tak mengira hadiahnya mukena!

Karena pada status beliau hanya mengajukan pertanyaan saja tanpa menyebut hadiahnya berupa apa.

Saya benaran geleng-geleng kepala, menutup mulut saya dengan jemari, Ya Allah, begini cara-Mu mengabulkan keinginaku.

.Allah mendatangkan rezeki dari arah tak disangka-sangka.

Hadiah Mukena (Dok.Pri)
Hadiah Mukena (Dok.Pri)

Terima kasih kepada Ustadzah Husnul Khatimah yang telah berbagi kepada para sahabat, didukung oleh Bunda Anissa Furkanti dari @inawary_galery

In syaa Allah hadiahnya bermanfaat dan terus menebar kebaikan. Aamiin.

Ehm, saiki aku meh mbatin opo meneh yo? (Sekarang saya mau membatin apa lagi ya?)

Pembaca sedang membatin apa, hayooo?

Yang penting selalu sehat dan ingat bahagia!

***

Artikel 4 - 2023

#Tulisanke-449
#DiarySiskaArtati
#Mukena
#MembatinTerkabul
#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun