Oleh karena itu, kita sebagai penulis juga harus waspada alias awas dengan repetisi atau kata-kata atau kalimat yang sama dan berulang. Kosakata yang digunakan jangan yang itu-itu saja agat tidak membosankan.
***
Terus, dari mana memulai menulisnya? Sebenarnya kita mengejar ide atau dikejar ide?
Orang bilang, menulis itu bisa dilakukan karena adanya ide atau gagasan yang ada di kepala atau benak kita.
Ada tuh, yang cari ide hingga naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali. Hahaha kok saya menyanyi!
Ada yang berusaha mencari ide dengan menikmati kopi di tempat yang nyaman, entah cafe, warung tongkrongan kekinian, atau ke pantai. Alih-alih dapat ide, malah kulineran dan main-main di sana.
Mbak Dee bercertita bahwa saat dia mendapatkan ide membuat lagu Malaikat Juga Tahu, justru saat dirinya sedang gosok gigi.
Nah, ide bisa datang darimana saja dan kapan saja di benak kita. Untuk menjadi orang yang dicari ide, latihlah  benak kita untuk mendapatkan atau menangkap ide tersebut.
Siapa sih orang yang dikejar ide? Menurut mbak Dee, mereka adalah pengamat yang baik, penabung yang yang rajin, dan pencerita yang tekun.
Pengamat yang baik adalah mereka yang melakukan riset dan menyusun cerita dari struktur atau kerangka yang sudah dibuat berdasarkan pengamatan di sekitarnya. Ia bisa menangkap apa saja yang ada didepannya untuk dijadikan ide cerita.
Penabung yang baik adalah ketika ide datang menghampirinya. Entah itu satu kata, kalimat atau paragraf yang hadir di benak kita, segera tangkap dia! Segera tulis di kertas atau buki, atau di aplikasi note pada gawai. Bila perlu di rekam kata-kata tersebut. Kelak tabungan ide yang ada, bisa dikembangkan dalam sebuah tulisan.
Sebagai orang yang dikejar ide, pencerita yang tekun adalah mereka yang berusaha mengejar kata tamat dalam setiap tulisannya.Â