Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kiranya Esok Mentari Pagi Bisa Kutemui

15 November 2022   05:19 Diperbarui: 15 November 2022   05:23 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataku boleh sembab
Tapi mata hatiku tak boleh gundah
Kegelisahan hanya sementara
Kerinduan yang kupendam hanya episode sesaat
Kuyakin sedihku kan terhapus bahagia
Keresahanku sirna karena kasih sayang-Nya

Mana ada kasih sayang yang tak terputus selain kasih sayang-Nya
Wajah tersaput mendung, mataku sembab karena sebab yang entahlah dari dia
Sungguh sesuatu yang sia-sia
Takkan ada hujan badai yang menambah sengsara
Hanya curahan  kesejukan kurasakan  cinta-Nya
Agar kumampu merenda asa meraih mimpi ada di nirwana

Nirwana dalam selimut duka
Laksana mendung tanpa hujan
Tak berdarah tapi luka
Di atas kepingan kepiluan

Ada kalanya Pilu menguras Air mata
Ada kalanya takdir itu suram
Merintih pilu ratapan kelam
Mendung di Lazuardi tak berarti Hujan.

Selagi masih menggenggam harapan
Lara pun tak mengapa
Basah air mata akan terbiasa
Luka-luka akan sembuh pada waktunya

Lara menyesakan dada tiada tempat mencurah nestapa
Sepi hari dilalui tanpa teman berbagi
Mendung membayang di netra hingga hujan airmata
Mencoba terus bertahan dan melangkah menerima takdir yang digariskan
Hingga bahagia akan datang diwaktu yang telah ditetapkan
Yakinlah...

Tak semudah petir hadir dalam gemuruh
Gelapnya langit menyapa diriku
Hingga rintik hujan datang kemari
Sapalah jiwa ini dengan berani
Nanti di penghujung petang menanti
Kiranya esok mentari pagi bisa kutemui
Disini, di balik jendela kamarku
Pelangi warna indah mempesona menggoda diriku

Tengah hari lelah  menunjukkan sinarnya
Sebentar lagi menyambut garis langit berganti
Awan berarak tipis
Alam teduh menapak tangga malam tiba
Kiranya bintang menjelma kunang-kunang
Cahaya bulan berseri menyelimuti gelap malam

Gelap malam ketika sang surya tenggelam
Gelap malam bukan mendung yang mengandung hujan
Gelap malam mengantarkan dalam buaian mimpi
Hingga surya kembali menyapa di hari yang baru

Rumah Pena Alegori, Senin, 14 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun