Mataku boleh sembab
Tapi mata hatiku tak boleh gundah
Kegelisahan hanya sementara
Kerinduan yang kupendam hanya episode sesaat
Kuyakin sedihku kan terhapus bahagia
Keresahanku sirna karena kasih sayang-Nya
Mana ada kasih sayang yang tak terputus selain kasih sayang-Nya
Wajah tersaput mendung, mataku sembab karena sebab yang entahlah dari dia
Sungguh sesuatu yang sia-sia
Takkan ada hujan badai yang menambah sengsara
Hanya curahan  kesejukan kurasakan  cinta-Nya
Agar kumampu merenda asa meraih mimpi ada di nirwana
Nirwana dalam selimut duka
Laksana mendung tanpa hujan
Tak berdarah tapi luka
Di atas kepingan kepiluan
Ada kalanya Pilu menguras Air mata
Ada kalanya takdir itu suram
Merintih pilu ratapan kelam
Mendung di Lazuardi tak berarti Hujan.
Selagi masih menggenggam harapan
Lara pun tak mengapa
Basah air mata akan terbiasa
Luka-luka akan sembuh pada waktunya
Lara menyesakan dada tiada tempat mencurah nestapa
Sepi hari dilalui tanpa teman berbagi
Mendung membayang di netra hingga hujan airmata
Mencoba terus bertahan dan melangkah menerima takdir yang digariskan
Hingga bahagia akan datang diwaktu yang telah ditetapkan
Yakinlah...
Tak semudah petir hadir dalam gemuruh
Gelapnya langit menyapa diriku
Hingga rintik hujan datang kemari
Sapalah jiwa ini dengan berani
Nanti di penghujung petang menanti
Kiranya esok mentari pagi bisa kutemui
Disini, di balik jendela kamarku
Pelangi warna indah mempesona menggoda diriku
Tengah hari lelah  menunjukkan sinarnya
Sebentar lagi menyambut garis langit berganti
Awan berarak tipis
Alam teduh menapak tangga malam tiba
Kiranya bintang menjelma kunang-kunang
Cahaya bulan berseri menyelimuti gelap malam
Gelap malam ketika sang surya tenggelam
Gelap malam bukan mendung yang mengandung hujan
Gelap malam mengantarkan dalam buaian mimpi
Hingga surya kembali menyapa di hari yang baru
Rumah Pena Alegori, Senin, 14 November 2022