Terima kasih Oktober
Telah menjadikanku lebih kuat
Memberikan payung harapan saat hujan ujian begitu deras
Tetap memeluk dalam dinginnya kesendirian
Melantunkan nada-nada semangat dalam sepiku yang entah
Oktober adalah angin yang lembut berdesir di antara rongga jiwa
Sekeping hati nan putih bertanya, adakah cinta mulai menyapa?
Lalu setiap langit, senja, lembayung dan mega-mega menjelma pelangi penuh warna
Bibir tersenyum tanpa tahu apalah alasannya
Tak perlu bertanya tentang alasan
Mengapa Oktober pergi meninggalkan
Sementara bahagia begitu kudambakan
Karena itu suatu kepastian harus kulepas dengan senyuman
Meski hati berat terasa
pedih  perih sebab perpisahan
Tak kan ada lagi perjumpaan berjuta asa
kupeluk penuh kehangatan
Teringat goresan cerita saat berjumpa
Menuang rasa dalam dekapan semesta
Kehilangan pun kurasa disana
Namun hikmah di bulan ini penuh ku rasakan
Setiap hari Oktober berikan rasa, rasa yang pasti terkenang hingga kembali kepada rasa yang sama
Tak terasa tumpaslah menginjak penghujung bulan
Dengan balutan luka nan duka yang tak berkesudahan
Air mata tegaslah tak tertahankan
Berjuta insan di muka bumi rasakan pahitnya kehilangan
Dan bulan ini niscaya tersulih lain bulan
Asa demi asa tegarlah dikumandangkan, singkirkan lara berkepanjangan
Terima kasih Oktober
Asa yang tercapai menjadi kenang
Impian yang terwujud menjadi nyata terbentang
Selaksa harap kembali memenuhi ruang
Agar segala cita dan cinta tak hanyut menghilang
Keluh dan peluh kiranya tak lagi terus membayang
Wajah merona hati berdebar, siapa kah yang tau jika Oktober adalah istimewa?
Karena aku, sang putri pemilik Oktober, yang tersenyum saat datang dan  tersedu bila Oktober berlalu.
Dulu saat Oktober datang, kau selalu bertanya" Oktober ini kau bahagia?"
Aku menatapmu penuh bintang,
"Kamu dan Oktober adalah candu"
Rinai hujan senja di Oktober
Tatapan penuh makna terpaut
Jabat erat penuh hangat mengalirkan rasa
Serasa terobati jiwa yang sedang merindu
Terimakasih Oktober kau hadirkan dia untukku
Purna sudah detik memintal selaksa kisah
Sedih, duka, dan bahagia
Kubebat erat pada pilar masa silam
Seiring kepergianmu, Oktober
Bolehkah kutitipkan sebinar pesan
Pada November yang menjelang?
Bawalah sekeping hati baru: untuk patah
Yang mungkin datang sekali lagi
Namun, ku tak ingin patah hadir menjumpa hati
Biar dia pergi bersama oktober
Pergi bersama arus deras hujan yang mengguyur
Karena, aku ingin menyambut november dengan senyum merekah hangat
Mengawali bulanmu penuh dengan air mata
Berharap perpisahan kita tiada lagi derai yang membanjiri pipi
Oktober, terima kasih untuk semua cerita indahmu
Izinkan aku menyambut November penuh senyum, sehangat mentari pagi
Sore yang cerah dipenghujung bulan ini
Memberi kekuatan pada ibu pertiwi
Yang menangis dalam hening sebab bencana yang terjadi
Pelukan hangat dan lambaian tangan sang senja
Menyempurnakan segala rasa dan kisah yang dirajut oleh sang Oktober tercinta
Harap esok hari menjadi awal yang bahagia bagi kita semua
Oktober merayap pergi
Di balik awan mendung senjakala
Kenangan tak menghapus jejaknya
Meskipun satu dua ingin dihapus
Biarkan saja pada tempatnya
Suatu saat nanti kan kau syukuri hadirnya untukmu
Oktober...
Ku ikhlaskan kau berlalu
Bersama rintik hujan di senja kelabu
Bersama embusan sendu sang bayu
Membawa serpihan kisah pilu yang mendera kalbu
Di sini aku tetap tegar
Menyambut pengganti mu
Dengan semangat dan harapan baru
Rumah Pena Alegori, Senin, 31 Oktober 2022
***
#PuisiKolaborasi bersama Komunitas Rumah Pena Alegori (para alumni kelas puisi) dengan tema Oktober. Puisi bersambung hasil karya dari Ary Pelangi, Ikriima Gh, Tiara Bahtiar, Ry Kumala, Fauzi Hammadfa, Siska Artati, Dhien, Yayu Rahayu, Almahdi, Popy, Yovanie Rinenza, Yusniar, Sarah Safira dan Sumini
***
Artikel 129 - 2022
#Tulisanke429
#PuisiKolaborasi
#RumahPenaAlegori
#KamudanOktoberadalahCandu
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H