Mewakili kompasianer dan Waskita Reiki yang hadir, saya serahkan cinderamata tersebut kepada beliau berdua. Pak Tjipta menerima dengan senang hati dan berucap terima kasih kepada seluruh undangan yang hadir.
Ada yang kepo nih, isi cinderamatanya apa sih? Nah, intip saja di Artikel Pak Tjipta tentang Kopdar Samarinda, ya.
Selanjutnya, kami pun menikmati hidangan yang telah disediakan, berbincang akrab di sela jamuan makan.Â
Jumlah peserta Kopdar Samarinda yang bisa dihitung dengan jari dibanding kota lainnya, namun justru menghadirkan rasa intim dan akrab pada seluruh hadirin.Â
Keharuan inilah yang melekat di hati kami, bahwa Pak Tjipta dan Bunda Roselina berkenan hadir kopdar di Samarinda, meski jumlah peserta tidaklah banyak. Kami sangat terharu.
***
Pada sesi bincang santai usai makan bersama, saya ikutan nimbrung obrolan. Meski hanya sesekali menimpali, saya menjawab sekedarnya bila ditanya oleh Pak Tjiota dan Bunda Roselina.
Saat satu per satu beliau menandatangani buku untuk kami dan giliran menuliskan nama saya sebagai tanda kenangan, Pak Tjipta berujar, "Ananda Siska, terima kasih atas buket bunganya, ya. Seikat Bunga Mawar Merah, pas sekali dengan Bu Roselina, kan. Rose, mawar merah."
Ah! Iya, ya! Beneran saya gak kepikir kesitu, loh!
"Sama-sama, Pak Tjipta. Saya hanya mewakili saja. Buket Bunga itu sebenarnya dari Pak Ali." Saya tersenyun simpul.