Berbagai ujian terlewati sudah
Berulang kali terluka sebab patah
Hanya saja dunia seakan tak pernah lelah
Terus menghujani diri dengan musibah
Bagaimana bila nanti hati ini lelah?
Lantas memasung diri sebab enggan melangkah
Kucoba mengobati sayap patah
Agar tergugah 'tuk kembali terbang ke segala arah
Dimana segala cita dan asa kuyakin takkan punah
Kuingin mewujudkannya meski tanpamu yang keberadaanya antah berantah
Dalam renung yang paling dalam
Mata ini menjadi terbuka
Kau tak lebih adalah angin basah
Berlalu dan hanya butuh singgah semata
Sekian lama segenap kalbu dijajah gelisah nan gundah
Bertepi raga terbujur lemah
Tak kuasa bendung nafsu ingin menyerah
Jiwa dan raga sejenak kurebah
Sebelum mewujudkan pinta yang telah lama membuncah
Raga pernah terhempas dalam letih menjalani
Sukma pernah terpuruk dalam lelah menghadapi
Saat ingin berlari dari nyata
Airmata tak terbendung meratap
Sujud terdalam di hening malam
Hingga peluk-Nya menenangkanku
Akan tetap dan selalu ada Allah disetiap rasaku.
Hakikat ketenangan jiwa itu adalah hati
Tersentak kala pikir semakin menipis
Akankah membiarkan raga terpenjara
Tidak
Masih ada sisa waktu mengubah
Biarlah badai lalu menjadi jembatan
Penguat pijakan dan pegangan
Kawal lepas beban batin dan impian
Impian ada dalam genggaman
Wujudkan dengan nyata
Hempaskan pikiran negatif semata
Tinggalkan duri kecil yang mengusik hati
Tak perlu disesali
Merdeka untuk diri
Yang sedang patah hati.
Merdeka diri dari belenggu
Duri tajam terselip mengganggu
Juang kobar dalam jiwa dan diri
Lindap mimpi, tuai nyata mandiri
Gerai aksara, cita tumbuh berkembang
Jejakkan sejarah tuk sinaran, asa terang
Merdeka adalah di mana kita saling bersatu padu dalam genggaman persahabatan tanpa ada permusuhan, karena damainya negeri adalah persahabatan dan kerukunan dalam kesejahteraan kemerdekaan. Dan kita perangilah hawa nafsu kita sendiri dari belenggu pada jerat-jerat dosa.
Hati bagaikan berlian
Genggaman kuat membuatnya hancur, dibiarkan bisa kehilangan.
Hati yang bahagia
Hati yang merdeka
Tanpa paksaan
Tanpa beban
Hanya butuh hati pula
Untuk menikmati merdekanya
Goresan jejak kehidupan, ada dalam keteguhan,
Teguh menantang masa depan, untuk Indonesia yang penuh hati yang merdeka
Gelisah, Â benci keadaan ini
Sesak menggerogoti hati
Air mata tumpah dalam sajadah
Tuhan
Kaulah harapan
Tak ada kata merdeka
Bila hati tak seluas samudra
Badai kehidupan kan selalu ada
Sepanjang jalan kehidupan
Bahagia bukan pemberian
Jiwalah yang memilih suka cita seluas lautan
Raihlah selama hayat dikandung badan
Ingin kuhias cakrawala, agar dia senantiasa jingga
Ingin kutebus pelangi, dengan air mata para bidadari
Hingga malam mencumbu mega-mega, dalam rindu penuh rima
Penadbiran gelora dari angin utara yang menari
Lalu cinta terkulum di bibir senja
Dan aku menepi, dalam sunyi, kian damai
Rumah Pena Alegori, Senin, 22 Agustus 2022
***
#PuisiKolaborasi dari Komunitas Rumah Pena Alegori (para alumni kelas puisi) dengan Tema Memerdekakan Hati. Sebuah Puisi Bersambung karya bersama Ary Pelangi, Siska Artati, Sri Umiyati Soekamso, Fauzi Hammadfa, Yayu Rahayu, Sumartini, Rina Risnawati, Rani Iriani Safari, Kang Thohir, Ry Kumala, Wildan, Titi Ariswati,  dan Ikriima Gh
***
Artikel 94 - 2022
#Tulisanke-394
#PuisiKolaborasi
#RumahPenaAlegori
#TemaMemerdekakanHati
#HariKemerdekaanRepublikIndonesia
#NulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H