Hasilnya cukup lumayan, karena pada dasarnya anak-anak suka menyanyi. Hanya saja butuh keselarasan tempo agar ketukan irama yang dibawakan tidak berkejaran dengan suara kawan lainnya.Â
Itulah perlunya seorang dirijen pada sebuah paduan suara, sebagai pemimpin dan pemberi komando kepada para anggotanya agar serasi dan selaras dalam membawakan lagu. Kapan lagu sinyanyikan kuat, lirih, bersemangat, riang dan sebagainya.
PR yang membutuhkan kesabaran adalah memandu anak-anak untuk disiplin dan tepat waktu. Berapa menit harus istirahat sejenak, berapa menit untuk berlatih kembali.
Namanya juga anak-anak, lebih banyak ngrumpi dan menyantap cemilan daripada latihan. Musti disemangati supaya tetap fokus dan keep on track berlatih, karena waktunya kurang memadai.
Saya sendiri taksempat lagi membagi vokal mereka pada tingkatan sopran, mezzosopran dan alto. Mereka mau bernyanyi dalam keharmornisan dengan gerak dan lagu pun, sudah cukup membanggakan bagi orang tua yang mendampingi usaha mereka.
Rupanya, mereka berlatih ulang di minggu sore secara mandiri didampingi para bunda. Mengikuti apa yang saya sampaikan pada latihan awal, anak-anak berlatih mandiri untuk mengikuti lomba.
Tentu, menjadi juara adalah dambaan peserta lomba. Namun berlatih maksimal pun perlu dilakukan untuk meraih kesuksesan yang diinginkan.
Harapan dan doa orang tua, anak-anak memiliki jiwa besar bahwa berlatih adalah peoses menuju keberhasilan. Usaha toh tak menghianati hasil. Kerja keras yang dilakukan, tentu akan memberikan buah yang manis.Â
So, jika nantinya sampai pada pengumuman lomba, tak jadi juara tetap bahagia. Menjadi juara, itulah bonus dari usaha, dan tetap bersyukur!
Selamat berlomba, ya Indira, Nay, dan kawan-kawan.