Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjemput Hidayah Melalui Hijab

10 Agustus 2022   09:13 Diperbarui: 10 Agustus 2022   09:48 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya prihatin mendengar dan membaca berita adanya pemaksaan mengenakan hijab bagi siswa muslimah yang menjalankan studi di sebuah sekolah negeri di Kota Yogyakarta. Sebagai kota pelajar dan terkenal dengan wilayah pendidikan yang maju, sangat disayangkan hal tersebut terjadi.

Seperti dilansir oleh nasional.tempo.co bahwa  dugaan pemaksaan mengenakan hijab pada salah satu siswa muslimah di sekolah tersebut, salah satunya adalah untuk mengejar akreditasi sekolah. Namun alasan akreditasi itu tak cukup kuat untuk mematahkan dugaan pemaksaan jilbab.

Sebagaimana yang kita ketahui dan pahami bahwa mengenakan hijab bagi wanita muslimah adalah wajib hukumnya, karena demikianlah Firman Allah SWT menegaskan hal tersebut dalam QS.Al Ahzab ayat 59 yang artinya:  "Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Namun dalam pelaksanaan mengenakan hijab ini, tentu tiap pribadi muslimah memiliki dan mengalami perjalanan hidup yang beraneka rupa. Utuk mencapai hijrah dan mendapatkan hidayah dalam berkomitmen mengenakan hijab, masing-masing memiliki kisahnya sendiri.

***

Mengutip dari  Bustami Saladin - STAIN Pamengkasan Madura Jawa Timur, kata Hidâyah adalah dari bahasa Arab atau bahasa AlQuran yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya: hadâ, yahdî, hadyan, hudan, hidyatan, hidâyatan. Khusus yang terakhir, kata hidâyatan kalau wakaf (berhenti) di baca: Hidâyah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidâyah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah: “Dholalah” yang berarti “kesesatan” 

Secara istilah (terminologi), Hidâyah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. 

Proses mendapatkan hidayah tersebut tentu beraneka rupa dari tiap insan. Mereka punya alasan masing-masing dalam mengenakannya. Sehingga pemaksaan menggunakan hijab bagi siswa -apalagi di usia remaja - bukanlah hal yang patut dilakukan.

***

Ilustrasi gambar: https://m.dream.co.id
Ilustrasi gambar: https://m.dream.co.id

Berkaca dari pengalaman pribadi, tidak mudah berhijrah untuk berkomitmen dan istiqomah mengenakan hijab.

Semasa studi di tingkat akhir menengah atas, ada lima kawan setingkat yang memutuskan mengenakan hijab di sekolah. Tempat studi kami adalah sekolah negeri. Bersyukur kepala sekolah dan guru mendukung dan tidak mengintimidasi untuk buka-tutup hijab bagi siswa muslimah. Pada era 1990-an, menggunakan hijab masih asing di sekolah negeri. Namun, memasuki era 1991, sekolah negeri memperbolehkan mengenakan hijab bagi siswa muslimah, tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Jujur, saya iri dan pengen mengenakan, tapi belum masuk pada tahap kesadaran penuh untuk melakukannya. Kakak saya sudah mengenakannya di masa itu, pun kesadaran dan pemahamannya tumbuh pada proses ta'aruf dengan calon suaminya. Itu pun belum disusul oleh kakak-kakak perempuan lainnya. Kelak mereka berhijab pun dengan kesadaran dan pemahamannya yang berproses dalam kehidupan masing-masing.

Saya mengenakan hijab dengan proses hijrah yang berbeda dengan kakak. Allah menyadarkan saya dengan cara-Nya, yaitu saat saya sedang mengalami sakit. Pada titik kritis yang menurut saya -pada saat itu - hampir sakramatul maut. Tiada henti beristighfar, mohon ampun pada-Nya. Meminta dengan penghambaan yang pasrah, kelak bisa berpulang dalam keadaan husnul khatimah.

Allah memberi saya kesempatan dengan nikmat sehat, nikmat hidup, nikmat kelapangan beraktivitas. Juga nikmat silaturahim, bertemu dengan komunitas pencinta Quran. Dia berikan petunjuk agar saya menemukan jalan hidayah itu.

Dengan meminta restu dan doa Ibu, saya memutuskan berhijab di saat Idul Fitri semasa kuliah semester 2. Sebelum memutuskan berhijab, saya banyak bertanya kepada kakak, kawan-kawan seperjuangan, dan komunitas muslimah lainnya. Tentu juga bertanya jawab dan berdiskusi dengan  dosen yang paham tentang agama Islam utamanya tentang hijab.

Saya mengenakannya tanpa paksaan dari keluarga atau orang-orang di sekitar pergaulan. Kesadaran ini tumbuh dan berkembang dalam proses kehidupan saya sendiri.

***

Berbeda halnya dengan Nakdis. Sebagai anak yang lahir, tumbuh dan berkembang dari keluarga kecil kami, ia melihat dan mencontoh dari orang tua, terutama saya sebagai ibunya.

Pula ia menyaksikan dari bude atau tantenya. Juga para tetangga, kawan-kawan muslimah saya, para guru dan orang-orang ditemuinya. 

Ada pertanyaan yang muncul, mengapa mbak ini berhijab, yang itu tidak. Kami menjawab dan menjelaskan sebisa dan semampu kami sesuai dengan tingkat pemahamannya sebagai seorang anak.

Baca jugaMemilih Sekolah Berbasis Jaringan Sekolah Islam Terpadu untuk Anak

Beranjak usia sekolah hingga kini meremaja, kesadaran dan pemahamannya tentang hijab seiring sejalan dengan proses pendidikan dan pergaulannya.

Nakdis memilih sendiri hijab dan pakaian yang dikenakannya untuk menjaga marwah drinya sebagai muslimah. 

Kami tak memaksakannya. Namun sebagai orang tua yang berusaha menanamkan nilai-nilai dan aturan agama, kami memandu dan mendidiknya agar ia taat karena Allah dan menerima ajaran-Nya yang bisa diterima dengan akal nalar.

Saya juga menyampaikan ke nakdis, bahwa kesadaran mengenakan hijab bagi muslimah itu tentu ada proses dan tahapannya. Ada yang sampai sekarang belum berhijab meski ia seorang muslimah, tak perlu kita menghakimi dan menyampaikan dalil-dalil agama. In syaa Allah mereka tahu, ngerti, paham, tapi melaksanakannya belum tentu dari tumbuh dari hati.

Sebisa dan semampu kita, berikan contoh dan teladan baik. Hanya Allah-lah yang membolak-balik hati manusia untuk mau atau bisa menerima apa yang diperintahkan dan dilarang oleh-Nya. Mendoakan agar setiap insan mendapatkan hidayah dengan caranya masing-masing, tanpa main paksa kehendak tentang hijab.

Semoga kejadian pemaksaan berhijab tidak berulang kembali dimanapun, baik lingkungan sekolah atau keluarga kita sendiri. Mari kita tumbuhkan keinginan dan kesadaran tersebut dengan contoh dan perilaku baik, sebagaimana Rasulullaah mengajarkan kepada kita untuk memberikan teladan terbaik. Aamiin.

Semoga bermanfaat.

Salam sehat selalu dan ingat bahagia!

***

Artikel 88 - 2022

#Tulisanke-388
#Hijab
#Hidayah
#ArtikelPendidikan
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun