Setiap hari bercengkerama, nonton tv bareng, serta senam bersama sekali dalam dua pekan di aula asrama, menambak semarak suasana.
Apalagi jika ada penghuni yang mudik, mereka berbagi oleh-oleh khas kota masing-masing ketika kembali ke asrama. Bahkan saya sempat berkunjung dan menginap di rumah kawan sesama penghuni asrama di kota mereka, saling mengenal keluarganya, demikian pula sebaliknya.
***
Hal yang saya ingat dari hikmah dan pembelajaran dengan sesama penghuni asrama adalah menjaga kepercayaan teman dalam hal material maupun nonmaterial.
Kepercayaan dan kejujuran adalah mata uang yang tetap berlaku dalam pergaulan.
Amanah untuk menjaga barang-barang di dalam dan luar kamar, menjaga perasaan kawan yang sedang sedih, curhatannya yang hanya dipercayakan pada penghuni tertentu saja, dan siap tutup mulut jika ada penghuni lain penasaran ingin tahu soal ini dan itu.
Maklum saja, dengan jumlah penghuni yang mencapai 40 orang dalam satu gedung asrama, gesekan antar teman bisa saja terjadi.Â
Namun jika pun terdapat perselisihan, juga tidak memakan waktu lama untuk akrab kembali. Karena rasa kekeluargaan di antara kami telah tumbuh dan berkembang baik.
Dalam hal barang-barang pribadi, saya berusaha memenuhi dan melengkapi sendiri dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak meminjam pada kawan, meski barang sepele. Seperti alat tulis-menulis, manikur dan pedikur, perlengkapan rias, peralatan makan, bahkan ember sekalipun.
Masing-masing penghuni merawat dan saling menjaga barangnya. Jadwal kebersihan kamar disepakati secara bergilir, karena kami sekamar berempat dan menempati ruang yang cukup luas.