Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sapa Insan 'Tuk Alam Raya

1 Juni 2022   07:40 Diperbarui: 1 Juni 2022   07:44 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/liaanggarawati/embun-pagi/

Embun membasuh wajah hening
Sejuk menghantarkan bulir-bulir bening
Terpanjat syukur pada Illahi Rabbi
Atas nikmat hari ini
Bersulang dengan doa
Bersemangat untuk menjemput karunia

Bulir embun menyapa hangat
Wewangian bunga begitu semerbak
Ada rindu, terbalut cinta
Tapi luluh sudah, diterpa hembusan angin
Sudikah aku melupakanmu?
Pesona alam sudah membuatku takluk

Sejuknya wajah tersapu embun yang meremah
Semesta merekah fajar sidik tampakkan senyum ramah
Burung-burung mulai berangkat menjemput rejeki tinggalkan rumah
Memulai hari dengan bismilah
Titipkan pikir agar tak salah langkah
Serahkan hati biar selalu pasrah

Tetiba syuruk terkecup rindu
Mayapada pun menggelar pusaka
Angin gunung luruh menyapu
Pagi pun kini terpinang cinta

kabut tersipu malu menyapa mentari
dengan santun pamit meninggalkan hari
matahari tiada kuasa menolaknya pergi
senyum cerah surya begitu menyejukan pertiwi

Kicau burung menandai buana membuka mata
Dengan hangatnya sinar dan beningnya embun
Bangkitkan jiwa yang rapuh tuk kembali bangkit
Raih asa dan bahagia

Selembar senyum
Setangkup doa
Menuntun langkah pada harap
Semoga jalan juang tak hujan air mata
Hingga yang aku punya adalah senja yang jingga

Duhai jiwa-jiwa angkuh
Semesta bukan pengobat peluh
Dia kian rapuh dan lecuh
Terlalu lelah mengasuh
Perlahan berjalan menuju luluh
Apa aksimu kala amarah tertangguh?

Ranting berderik bergoyang tertiup angin
Embusan menyapu alam yang dingin
Sunyi selimuti  diri tak bertepi
Terkenang dia tinggalkan jejak sepi
Lantun kalam suci dalam sajadah
Setangkup  asa semesta tangan tengadah

Teruntuk kamu yang terucap dalam doa
Di atas sajadah ini namamu selalu terucap
Tak kering ku meminta
Dalam rinduku yang terus terjaga
Semesta pun turut  menjaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun