Embun membasuh wajah hening
Sejuk menghantarkan bulir-bulir bening
Terpanjat syukur pada Illahi Rabbi
Atas nikmat hari ini
Bersulang dengan doa
Bersemangat untuk menjemput karunia
Bulir embun menyapa hangat
Wewangian bunga begitu semerbak
Ada rindu, terbalut cinta
Tapi luluh sudah, diterpa hembusan angin
Sudikah aku melupakanmu?
Pesona alam sudah membuatku takluk
Sejuknya wajah tersapu embun yang meremah
Semesta merekah fajar sidik tampakkan senyum ramah
Burung-burung mulai berangkat menjemput rejeki tinggalkan rumah
Memulai hari dengan bismilah
Titipkan pikir agar tak salah langkah
Serahkan hati biar selalu pasrah
Tetiba syuruk terkecup rindu
Mayapada pun menggelar pusaka
Angin gunung luruh menyapu
Pagi pun kini terpinang cinta
kabut tersipu malu menyapa mentari
dengan santun pamit meninggalkan hari
matahari tiada kuasa menolaknya pergi
senyum cerah surya begitu menyejukan pertiwi
Kicau burung menandai buana membuka mata
Dengan hangatnya sinar dan beningnya embun
Bangkitkan jiwa yang rapuh tuk kembali bangkit
Raih asa dan bahagia
Selembar senyum
Setangkup doa
Menuntun langkah pada harap
Semoga jalan juang tak hujan air mata
Hingga yang aku punya adalah senja yang jingga
Duhai jiwa-jiwa angkuh
Semesta bukan pengobat peluh
Dia kian rapuh dan lecuh
Terlalu lelah mengasuh
Perlahan berjalan menuju luluh
Apa aksimu kala amarah tertangguh?
Ranting berderik bergoyang tertiup angin
Embusan menyapu alam yang dingin
Sunyi selimuti  diri tak bertepi
Terkenang dia tinggalkan jejak sepi
Lantun kalam suci dalam sajadah
Setangkup  asa semesta tangan tengadah
Teruntuk kamu yang terucap dalam doa
Di atas sajadah ini namamu selalu terucap
Tak kering ku meminta
Dalam rinduku yang terus terjaga
Semesta pun turut  menjaga