Apalagi dengan generasi anak sekarang yang segala sesuatunya serba canggih dan instan, cenderung kurang gigih dalam daya juang, namun sangat cepat belajar dan menyerap teknologi baru.
Berbeda dengan zaman kita yang mengenal kayu bakar sebagai bahan bakar memasak nasi dengan tungku hingga beralih perlahan dengan berbagai metode masak menuju teknologi canggih ricecooker.
Anak milenial cukup satu atau dua kali klik pada satu alat multifungsi, bisa memasak apa saja seperti bubur, nasi liwet, nasi rendah karbohidrat, dan lain-lain.
Perbedaan zaman tentu ada perbedaan perlakuan dalam pendidikan dan pergaulan anak. Masa akil baligh dari anak-anak ke dewasa juga semakin cepat.
Menurut Psikolog Adriano Rusfi, Aqil Baligh adalah masa kematangan fisik (baligh) manusia yang melahirkan nafsu, baik nafsu seks (eros/life instinct) maupun nafsu agresivitas (thanatos/death instinct). Dan yang mampu mengendalikannya adalah akal (aqil)
Kita perlu berempati pada anak-anak kita, agar ketika kita bangun kematangan fisiknya, jangan lantas kita lalaikan kematangan mentalnya. Karena mereka perlu panduan dan bimbingan agama agar mampu mengendalikan nafsunya.
Hal ini untuk menghindari terjerumusnya anak-anak kita pada pergaulan bebas atau salah dalam orientasi seksual yang bisa mengancam proses kehidupan masa depannya.
Lalu, bagaimana cara kita sebagai orangtua menemani anak dalam merancang masa depannya? Tak hanya sukses dalam pendidikan dan karier sesuai cita-citanya, namun juga dalam menjalani tahap-tahap kehidupannya sebagai insan mandiri dan religius.
***
Ustadzah Husnul Khatimah memaparkan 4 hal yang dapat orangtua lakukan dalam menemani anak merancang masa depannya.