Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Shalat Berjamaah Bersama Keluarga

1 Maret 2022   15:39 Diperbarui: 1 Maret 2022   15:41 2137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: www.dreamstime.com

Sebagai kepala rumah tangga, seorang laki-laki yang telah menyandang status sebagai suami, tentulah bertanggung jawab atas segala aktivitas lahir dan batin dari keluarga yang yang dipimpinnya.

Hal ini telah menjadi kodratnya karena lelaki adalah pemimpin bagi para wanita dan pemimpin bagi diri sendiri serta lingkungan sekitarnya. Bahkan tanggung jawab seorang imam keluarga tidak saja terbatas di dunia semata, tetapi berlanjut hingga ke akhirat. Di sini para suami sangat penting mengetahui bagaimana menjadi imam yang baik bagi keluarganya.

Demikian juga dengan shalat. Bagi ummat Islam, ibadah yang merupakan tiang agama ini, lelaki adalah imam. Beliau yang memimpin ibadah berjamaah bagi kaumnya, pula wanita serta anak-anak menjadi makmumnya.

Karena itulah tanggung jawab kepemimpinannya dalam shalat maupun aktivitas lainnya, sungguh akan dimintakan pertanggungannya kelak di hadapan Allah SWT.

Baca: Memetik Hikmah Isra Mi'raj dalam Perjalanan Hidup

***

Alhamdulillah, suami saya adalah lelaki yang sadar benar akan tugas dan kewajibannya. Dalam hal mendirikan shalat, beliau sangat istiqomah dan senantiasa mengingatkan kami untuk mendirikannya tepat waktu.

Beliau berusaha melakukannya berjamaah di masjid bersama warga saat berada di rumah atau bersama rekan kerja di saat berada di jam kantor. In syaa Allah tak ketinggalan di setiap lima waktu.

Namun telah lebih dari sepekan, keluarga kami sedang kurang sehat. Semua sedang menjalani proses pemulihan, sehingga suami menjalankan ibadah shalatnya di rumah.

Ada kerinduan di hati untuk shalat berjamaah di rumah. Ada kenikmatan tersendiri saat keluarga kecil kami melakukannya di istana mungil ini.

Ya, menikmati kebersamaan ibadah bersama anak dan suami. Menimbulkan rasa kasih sayang dan kecintaan kepada Sang Maha Pencipta atas segala nikmat dan karunia yang Dia berikan pada keluarga.

Menikmati alunan bacaan surah dari imam dengan suara yang merdu dan tartil (membaca ayat suci Alquran secara perlahan dengan tajwid dan pelafan yang jelas dan benar) , memberikan ketenangan batin bagi makmum yang menyimaknya.

Setiap gerakan satu kepada gerakan yang lain dengan tuma'ninah (tidak terburu-buru) hingga berakhir salam, adalah irama kebahagiaan tersendiri saat menjalankan berjamaah bersama keluarga.

Rasa lelah dan payah menjadi luruh, rasa penat sirna dengan kebahagiaan dengan sentuhan salim tangan saling memaafkan. Kecupan sayang dari suami dan anak, menimbulkan keharuan tersendiri yang tak terlukis dengan kata-kata.

Allah berikan rasa tentram dan nyaman dalam sanubari insan yang beriman. Dengan mengingat pada-Nya di setiap saat, utamanya usai shalat, sungguh nikmat yang tak bisa didustakan. Dengan dzikrullaah (mengingat Allah), maka hati menjadi tenang.

Terkadang bila ada kesempatan, suami menyampaikan sedikit nasehat, atau teguran lembut kepada saya dan anak. Tentang hal-hal apa saja yang sudah dan tengah terjadi di keluarga, dan saling mendoakan, saling mengingatkan, agar keluarga tetap terjaga sakinah, mawaddah, warahmah.

Kadang saya tersipu malu, belum sepenuhnya bisa membahagiakan keluarga. Kadang pun saya masih berbantah celoteh, namun beliau tetap sabar dalam menasehati. Satu pelukan beliau, meluruhkan segala resah yang berkecamuk. 

Berawal dari shalat berjamaah, maka pintu-pintu maaf bagi anggota keluarga menjadi terbuka. Ya, nikmat untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Serta nikmat saling mendoakan untuk kebaikan keluarga.

Tentu, shalat berjamaah di masjid lebih utama bagi laki-laki, kecuali ketika ada uzur. In syaa Allah, pahala shalat berjamaah di rumah pun tak berkurang layaknya dilakukan di masjid.

Dengan berjamaah di rumah, mengajarkan kepada anggota keluarga untuk memimpin dirinya sendiri dan orang lain saat dibutuhkan. 

Saat waktu shalat dan suami tak ada di rumah, saya pun tetap shalat berjamaah dengan anak. Begitupun saat dia bersekolah, melakukannya bersama kawan dan ustadzah. Menjadikan kebiasaan yang menjadi kebutuhan, bukan hanya rutinitas semata.

Bismillaah, semoga kita senantiasa dikuatkan untuk senantiasa menegakkan shalat.

Terima kasih ya, Rasulullaah SAW, atas segala ilmu yang telah Engkau berikan kepada kami tentang nikmatnya shalat sebagai wujud cinta Allah kepada kami. Untuk kami makin mengenal Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Allahumma Shalli Wa Sallim Wa Baarik 'Alaa Sayyidina Muhammad, wa 'alaa aalihii wa ash habihii wa ummatihi ajmaiin

Aamiin.

***

Artikel 29 - 2022

#Tulisanke-329

#ArtikelIsraMiraj2022

#Humaniora

#NulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun