"Nggeh, terserah njenengan aja, Bu. Bisa diolah jadi sayur bening barengan bayam, atau kolak ya silakan, malah enak, manis, sedep!" Pak RT kasih acung jempol.Â
"Jangan liat bentuknya yang kayak kendi minumannya Wiro Sableng, Pak. Sing penting rasane enak, manis, lembut, jajal wae!" Beliau terkekeh melihat suami dan saya mengacungkan si Labu sambil terus memandanginya, memutar-mutar bagian tubuhnya yang menarik di tangan kami.
***
Labu madu adalah kultivar labu musim dingin yang dibiakkan dari labu kuning dan buttercup. Labu ini memiliki bentuk dan rasa yang mirip dengan labu kuning tetapi ukurannya hanya setengah dari labu kuning dan secara signifikan lebih manis dari labu tersebut.Â
Varietas ini memiliki kulit cokelat gelap hingga jingga dan daging buah berwarna jingga. Saat matang, warnanya berubah dari hijau menjadi jingga tua dan rasanya menjadi lebih manis.Â
Labu ini memiliki lebih banyak beta-karoten hingga dua sampai tiga kali lipat daripada labu kuning. Meskipun secara teknis termasuk ke dalam buah, labu madu dapat digunakan sebagai sayuran yang dapat dipanggang, ditumis, dihaluskan, ditambahkan ke sup, semur, dan direbus, dan sangat manis untuk makanan penutup. Selngkapnya tentang Labu Madu ini, pembaca bisa mampor sejenak di Wikipedia.
Menurut tetangga yang biasa mengolah labu madu, ia memasaknya untuk sayur bening atau kudapan keluarga dengan cara mengkukus dan menikmati labu hasil kukusan tersebut dengan taburan parutan kelapa yang diberi sedikit garam.Â
Jika untuk makanan bayi, bisa dilumatkan dan langsung disuapkan tanpa tambahan apa-apa karena rasanya manis.
Nah, karena ini bakal menjadi pengalaman pertama saya mengolahnya, sepekan kemudian barulah saya membeli pisang kepok, berniat untuk membuat kudapan Kolak Pisang Labu Mentega untuk berbuka puasa.
Baiklah, lakimares yuk! Langsung kita mainkan resepnya!
***