Wanita ayu ini menyampaikan kisah suaminya dengan apik. Seluruh halaman dari buku ini menyelipkan motivasi dan nasehat berharga agar kita mencintai diri sendiri dengan apa adanya pemberian dari Tuhan.Â
"Mencintai dan menerima diri sendiri adalah satu-satunya obat mujarab untuk menghilangkan rasa rendah diri dan kecenderungan merusak diri. Dengan mencintai diri sendiri, kita akan memberikan yang terbaik pada diri, menghindarkan diri dari masalah yang dapat merusaknya"
Sebagai penulis, Mbak Sri menempatkan dirinya pula sebagai pembaca, yang bisa jadi penasaran apa dan bagaimana keseharian seorang difabel seperti suaminya.
Hal-hal kecil seperti makan, minum, dan bersosialisasi dengan kawan sebaya yang memiliki tubuh normal, beliau sampaikan dengan gamblang di buku ini.Â
Lebih dari itu, semangat tinggi untuk meraih cita-cita dan menjalani kehidupan layaknya pria normal lainnya, Mbak Sri sajikan dengan tulisan yang mengharu biru.
Beliau juga memperkenalkan tokoh-tokoh difabel sukses lainnya yang menjadi panutan Mas Agus dan Mbak Sri, hingga mereka berdua bisa melakukan pameran lukisan ke mancanegara. Semua berkat rahmat Allah SWT atas pertemanan yang baik dengan semua kalangan.
Kutipan motivasi dan nasehat agama yang disematkan dalam buku ini, mengajak kita pada perenungan bahwa kaum difabel bukanlah manusia cacat yang memiliki kekurangan.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti yang paling konkret adalah manusia memiliki kemampuan intelegensia dan daya nalar sehingga manusia mampu berpikir, berbuat dan bertindak untuk membuat perubahan.
Sebagai makhluk paling sempurna itulah, kesempurnaan tidak semata dilihat dari wujud fisik. Apa yang terlihat cacat di mata manusia bisa jadi mengandung pelajaran yang sangat berharga. Bukankah "kecacatan" pada makhluk adalah bukti bahwa Tuhan adalah Dzat Yang Maha Sempurna.
Kelahiran Agus - tanpa kedua tangan dan kaki kanan sebatas lutut - adalah bukti kesempurnaan Tuhan. Agus diberi tiga unsur di atas sebagai syarat kesempurnaan.
Demikian ungkap Mbak Sri atas penerimaan yang begitu besar dari Allah SWT atas keadaan suaminya.
Lalu, bagaimana dengan kehidupan pribadi seorang Sri Rohmatiah hingga akhirnya ia menerima pinangan lelaki difabel tersebut?
***