Pada awal-awal tahun bekerja, Bulik Yuli mengejakan hampir seluruh pekerjaan rumah tangga. Mulai dari menyapu, mengepel, mencuci baju, menyetrika, bebersih ruangan, memasak dan menjemput anak saya atau antar-jemput saya apabila ada kegiatan ke luar rumah (bila suami tak bisa mengantar).
Saya akui, pekerjaan beliau sangat baik. Hampir tak pernah saya cerewet soal hasil kerjanya. Bulik sangat ringan tangan. Bahkan urusan peniti, bros dan benda lainnya, ia lebih primpen (menyimpan dan meletakkan barang dengan teliti) daripada saya.
Saat akhir pekan dan hari ahad atau libur tanggal merah, saya dan suami yang handel semua urusan rumah.Â
Saya menganggap bulik bukan sebagai pembantu, tetapi membantu meringankan pekerjaan rumah selagi kami tak ada di rumah.
Pada saat jelang lebaran, kami memberikan bonus satu kali gaji padanya sebagai hadiah. Juga berbagi sembako untuk keluarga kecilnya.
Soal gaji, setiap tahun ada kenaikan yang kami berikan untuk pembayaran jasa bulik sebagai ART. Tentu saja, kami pun menyadari dengan penyesuaian harga dan ekonomi. Minimal, kebutuhan Bulik pun bisa tercukupi.
***
Seiring berjalan waktu, anak kami sudah tumbuh meremaja, dan sudah mulai mandiri untuk membantu kami meringankan pekerjaan rumah.
Sisi lainnya, saya sudah tak lagi bekerja kantoran. Hanya berbagi waktu dengan kegiatan pribadi dan belajar mengajar mengaji yang bisa di atur waktunya sesuai kesepakatan. Sehingga pekerjaan rumah tangga bisa saya tangani sebagian bersama suami.
Kami pun berdiskusi dengan Bulik, bahwa pekerjaannya mulai kami kurangi, dan kami meminta tenaganya untuk lebih fokus pada menyetrika dan menjemput anak saya dari kegiatan sekolah. Sesekali mengantar atau menjemput saya juga jika suami sedang berhalangan.
Hal ini tentu berdampak pada uang jasanya, yang tak lagi penuh seperti semula. Namun sebagai solusi, saya menawarkan kepada Bulik Yuli untuk bekerja paruh waktu pada keluarga yang membutuhkan ART, tak jauh dari rumah kami.