Gemuruh tetiba memecah langit
Beriring kilat sekelebat kedipan mata
Berarak awan kelabu menutup biru
Serentak butiran besar mengguyur kota
Jangan lagi kau meringkuk di sudut ruang
Tuk sekedar mengharap aku datang
Jangan lagi kau teriak miris menahan tangis
Tuk sekedar meluapkan rindumu yang menipis
Tumpah ruahnya hujan yang kau pandang
tak akan menempis bayangku di matamu
Dinginnya bayu dari kaca jendela yang mengalir lembut di pipimu
Tak akan kembali menghangatkan ingatanmu tentangku yang telah melayang
Duhai, kau yang -katanya- menyimpan cinta!
Sadarlah bahwa keadaan tak lagi sama
Kau memilih jalan pulang
Aku memilih jalan pergi
Berpeluklah kau dengan kenangan yang tersisa.
Sedangkan aku,
di sini,
bersama dengan rinai,
berpeluk asa dengan segenap doa, agar kau tak tersiksa dengan nostalgia.
***
#tulisanke-248
#PuisiSiskaArtati
#BerpelukKenanganYangTersisa
#PuisiSiskaArtati #BerpelukKenanganYangTersisa, ditulis di laman Kompasiana, bukan di laman lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H