Untuk menjadi orangtua yang bahagia, sebaiknya menjadi pendengar yang baik dan melakukan komunikasi yang mudah dipahami oleh anak, agar mereka pun mendengar dan memahami orangtuanya. Istilah kekiniannya adalah menjadi orangtua yang demokratis. Bukan orangtua otoriter yang memaksakan kehendak.
Contoh, kita bilang ke anak, "Pokoknya kamu harus tidur siang! Gak boleh nge-games. Sudah, lepas hapenya!" Sedangkan anak masih saja asyik bermain usai belajar daring. Anak menyahut, "Bunda, aku gak tidur siang, tapi nanti malam akan tidur lebih cepat supaya besok gak bangun kesiangan."
Nah, Sebaiknya respon kita adalah, "Baik, Bunda pegang kata-katamu ya, Nak. Jangan sampai melanggar apa yang kamu janjikan sendiri." Lalu bunda dan anak saling tooos, deh.Â
Hal ini lebih baik daripada kita sebagai orangtua malah sahut-sahutan memaksakan kehendak agar anak nurut untuk segera tidur siang, namun tidak membuat suasana bahagia pada diri anak yang ingin bermain sejenak.Â
Namun, kita tetap mengawasi dan membatasi penggunaan gadegtnya, serta mengingatkan atas komitmen yang telah disepakati. Sehingga tercipta suasana persahabatan antara orangtua dan anak.
Sejak tahun 2017, Kak Seto beserta rekan-rekan di lembaga yang dipimpinnya, mencanangkan Gernas Sasana, Gerakan Nasional Saya Sahabat Anak. Siapapun kita, apapun profesinya, dimanapun berada, kita menempatkan diri menjadi sahabat anak yang ramah dan menyenangkan dunia mereka. Kita penuhi dan didik anak-anak dengan suasana keakraban dan kasih sayang.
Dengan menciptakan pendidikan yang penuh persahabatan seperti itu, diharapkan anak-anak tidak terluka jiwanya, mengurangi dan meminimalisir terjadinya perundungan sesama anak, memahamkan rasa kasih sayang dengan contoh yang kita berikan dalam berinteraksi bersama anak.
Konsep orangtua bahagia.
Menurut Kak Seto, orangtua yang bahagia adalah orangtua yang penuh rasa syukur, kegembiraan, persahabatan dan perdamaian. Tidak ada konflik yang menggangu produktivitas orangtua.Â
Karena jika terjadi benturan dalam komunikasi antara anak dan orangtua dan mengantarkan adanya konflik diantara keduanya, maka hal tersebut mengganggu aktivitas dan produktivitas. Orangtua kepikiran karena ulah anak, pecah konsentrasi ketika melakukan tugas, dan lain sebagainya.
Dengan situasi yang kondusif, orangtua tetap bisa berkarya dengan nyaman dan tenang tanpa adanya beban dari kekurangharmonisan dengan anak. Tetap bisa melakukan kegiatan positif, bahagia menjalankan rutinitasnya. Tampil senyum dan menarik, berpelukan dan menyemaatkan ciuman hangat dengan anak sebelum beraktivitas. Kedamaian inilah yang menjadi gagasan orangtua bahagia.