Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Mengenal Jenis dan Cara Pengolahan Bahan Kulit Asli

23 Juni 2021   10:03 Diperbarui: 23 Juni 2021   11:22 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepatu pria berbahan kulit asli ular phyton (sumber gambar: https://kuka.co.id


Pembaca Kompasiana yang berbinar mata dengan senyum merekah menghias wajah! 

Semangat pagi!

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa produk fesyen berbahan kulit asli seperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang dan lain sebagianya, bisa terbuat dari berbagai jenis yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, serta memiliki cara perawatan dan pemeliharaan yang berbeda satu sama lain.

Sehingga, penting bagi kita untuk mengetahui dan mengenal jenis kulit apa saja yang ada pada produk yang digunakan tersebut, cara membedakannya dan cara perawatan dari jenisnya.

Tulisan kali ini mengambil contoh tentang produk sepatu kulit, yang mana ilmu mengenai jenis dan cara pengolahan bahan kulit asli, saya rangkumkan dari penjelasan Adrianto Priyo Sambodo melalui pembelajaran daring - biasa disapa Mas Dodo, pemilik The Cobbler Shoe Care and Repair Service, pengusaha yang bergerak di bidang jasa perawatan perbaikan sepatu di Yogyakarta.

Secara umum, kulit yang digunakan dalam berbagai produk fesyen seperti, tas, sepatu, jaket, dompet dan lain sebagainya, bisa dibagi dari sumber keasliannya. 

Pertama, Genuine (Authentic) Leather, yang merupakan bahan kulit asli dari hewan. Kedua, Synthetic Leather, yang merupakan bahan kulit sintetis, bukan dari kulit hewan. Bisa dari pengolahan bahan kimia ataupun dari karet (rubber). Ketiga, Faux Leather, merupakan bahan kulit sintetis yang mengandung campuran dari kulit asli (genuine) dan sintetis, namun komposisinya lebih didominasi oleh bahan sintetis daripada kulit asli. Biasanya berkisar 70 - 80 persen kulit sintetis dan 20 - 30 persen kulit hewan. Jenis ketiga ini sering kita jumpai pada produk dompet, passport holder (tempat penyimpanan passport), atau card holder (tempat penyimpanan kartu nama).


Kulit Asli (Genuine Leather)

Banyak sekali produsen sepatu dan dompet yang menggunakan kulit asli pada produknya. Kita sebagai konsumen, terkadang masih belum sepenuhnya mengenali dan membedakan mana produk kulit asli dan kulit sintetis. 

Sebelum mengidentifikas lebih jauh tentang kedua jenis bahan ini, mari kita telusuri jenis dan bahan kulit asli yang biasa digunakan di berbagai tempat.

Industri penyamakan kulit ular (sumber gambar: https://amp.antarafoto.com)
Industri penyamakan kulit ular (sumber gambar: https://amp.antarafoto.com)
Yang sudah umum digunakan adalah kulit sapi dan kulit kambing. Ada juga kulit yang berasal dari hewan reptil dan babi. Selanjutnya yang sangat jarang tetapi memiliki nilai tinggi yaitu kulit kuda dan kulit burung unta.

Kulit Sapi, terbagi menjadi beberapa jenis: (a). Calfskin, kulit yang berasal dari sapi muda. Ciri khasnya adalah lebih lentur, lembut permukaannya dan kuat. (b). Cowhide, jenis kulit yang paling umum ditemukan, biasa digunakan oleh para produsen yang bermain di kulit sapi untuk diolah lebih lanjut menjadi produk fesyen.

Kulit Kambing, dikenal dengan sebutan kulit nappa. Bahan kulit ini biasa dipilih oleh para produsen karena lebih lembut, lebih awet (umur kulit lebih panjang) daripada kulit sapi. Karena konsumen juga lebih menyukai produk sepatu dari kulit kambing, sehubungan hasilnya nyaman digunakan dan tidak menyakitkan saat beraktivitas menggunakan sepatu kulit jenis ini.

Ilustrasi Sepatu pria berbahan kulit asli ular phyton (sumber gambar: https://kuka.co.id
Ilustrasi Sepatu pria berbahan kulit asli ular phyton (sumber gambar: https://kuka.co.id


Kulit Reptil, biasanya diambil dari hewan ular atau buaya. Sedangkan kulit babi atau kulit kuda jarang digunakan oleh para produsen, meski ada yang memproduksi dengan bahan kulit tersebut dengan alasan nilai seni dan teksturnya yang unik.


Proses Pengolahan Kulit Asli

Setelah kulit diambil dari hewan-hewan tersebut, maka perlu pengolahan lebih lanjut.

Pertama, Proses Penyamakan (Tanning), yang bisa dilakukan secara alami (natural) dan kimiawi (chemical). Kedua proses ini memiliki ciri khasnya masing-masing, juga kelebihan dan keunggulan. Contohnya ketika kulit hewan diproses secara alami, maka hasil penyamakannya akan timbul karakter warna yang lebih terang. 

Biasanya, orang-orang yang mengejar produk dengan hasil pengolahan natural, karena adanya patina, yaitu minyak yang keluar dari kulit akibat bertambahnya umur kulit tersebut.

Pada dasarnya patina adalah corak tampilan pada kulit yang akan berubah seiring berjalannya usia. Efeknya akan terlihat lebih sempurna dan menyajikan tampilan yang sempurna. Semua itu akan terjadi melalui proses yang panjang dan durasi waktu yang ditempuh.

Nah, Patina ini memberikan keunikan tersendiri pada produk kulit, yaitu memberikan pengaruh warna pada kulit yang tadinya terang menjadi semakin gelap, coklat kegelapan, seiring dengan usia kulit tersebut.

Kelemahan proses penyamakan secara natural ini adalah kulit menjadi rentan terhadap noda atau air, sehingga perlu perawatan yang lebih detail dan spesifik agar tetap terjaga ciri khasnya serta daya tahan kulit.

Dari sisi proses, penyamakan kulit secara alami membutuhkan waktu yang lebih lama, direndam atau ditutup dengan bahan-bahan alam seperti ekstrak kulit pohon atau dedaunan. Bisa sekitar satu sampai dengan tiga bulan.

Berbeda halnya jika penyamakan kulit dilakukan secara kimiawi, prosesnya bisa lebih cepat, antara 3 hari sampai dengan sepekan saja. Daya tahannya juga lebih lama, tidak rentan dari noda dan air. Nah, adanya proses penyamakan ini dikembalikan kepada selera konsumen, karena masing-masing memiliki ciri khas, keunggulan dan daya tarik dari produk kulit.

Setelah proses penyamakan selesai, bisa jadi dilakukan proses berikutnya, yaitu mengambil lapisan kulit berikutnya untuk diolah atau dibentuk menjadi produk kulit lain. Atau langsung menuju tahap akhir (finishing).

Kedua, tahap finishing, terbagi menjadi dua bagian yaitu: (a) unfinished leather, yang biasanya dilakukan pada kulit hewan yang diproses secara natural, lebih rentan terhadap noda, karena kulit tidak diberikan zat lain di atas permukaannya sehingga tidak ada perlindungan (coating) terhadap paparan noda, air atau cahaya. 

Sedangkan (b) finished leather, merupakan proses tahap akhir dengan membubuhkan lapisan pelindung (coating) di atas permukaan kulit. Misalkan dengan pewarnaan, sehingga pori-pori kulit cenderung tertutup, tahan terhadap noda dan awet digunakan dalam berbagai kondisi.

Nah, cara membedakan keduanya adalah dengan test air untuk mengetahui produk kulit tersebut unfinished atau finished leather. Cukup teteskan sedikit air di bagian dalam sepatu kulit asli.

Jika air langsung terserap pada permukaan kulit, berarti produk kulit tersebut adalah unfinished leather. Biasanya, produk dengan tahap ini ada dilapisi sedikit aniline leather, yang mana apabila dilakukan test air pada permukaan kulit ternyata air sempat bertahan baru kemudian terserap ke kulit, berarti produk tersebut merupakan semi-aniline leather, yaitu produk kulit yang melawati proses antara unfinished dan finished leather.

Namun apabila tetes air tersebut tetap berada di atas permukaan kulit, maka bisa dipastikan bahwa pori-pori kulit tersebut telah tertutup dan telah melewati proses finished leather.

Jenis-Jenis Genuine Leather berdasarkan bahan olahan.

Setelah kita mengetahui dan memahami tentang proses penyamakan kulit, kini kita beranjak pada jenis kulit asli berdasarkan bahan olahannya.

Biasanya dalam satu lembar kulit terdapat tingkatan kualitas (quality grade) dari hasil penyamakan yang didapatkan. 

Kulit dengan kualitas terbaik tidak ada kecacatan apapun pada permukaannya, yang dikenal dengan sebutan full grain leather. Ketika mendapatkan kulit seperti ini, para pengrajin tidak perlu melakukan koreksi untuk menghilangkan kecacatan. Kulit hasil penyamakan ini adalah grade tertinggi, yang paling bagus untuk diolah lebih lanjut. 

Ciri-cirnya adalah kulitnya sangat kuat dan memiliki daya tahan yang sangat lama, sehingga ketika digunakan akan semakin kuat dan bagus karena dari awal prosesnya menghasilkan kulit dengan berkualitas terbaik.

Jenis yang kedua dikenal dengan sebutan Corrected Grain Leather, merupakan hasil olahan kulit dibawah full grain leather, yang mana terdapat guratan atau kecacatan pada permukaan kulit, sehingga para pengrajin perlu melakukan koreksi terhadap kulit tersebut agar bisa diproses menjadi produk yang lain. 

Koreksi pada corrected grain leather ini menghasilkan berbagai jenis olahan kulit, yaitu:

Pull up leather, merupakan lapisan kulit yang dikoreksi lalu ditarik lagi sehingga menghasilkan kulit yang lebih tipis dan terlihat berkilau karena lapisannya yang tipis tadi. Meskipun tidak tebal, kulit tersebut tetap tangguh. Cirinya adalah semakin lama digunakan akan mengeluarkan patina dan memberikan warna atau corak yang bagus pada permukaannya. Hal tersebut sangat disukai para penyuka produk kulit asli.

Crazy Horse Leather adalah jenis olahan berikutnya dari Corrected Grain Leather. Meski namanya Horse, kulit ini bukan berasal dari kulit kuda. Awal sejarahnya disebut demikian, karena kulit jenis olahan ini biasa digunakan untuk bahan membuat pelana kuda. 

Cirinya adalah kulit ini tidak sehalus yang dimiliki oleh Pull Up Leather, namun ia memiliki tekstur kulit yang berminyak. Para penyuka produk fesyen berbahan kulit asli, mengincar tampilan corak berbentuk guratan-guratan berwarna hitam yang timbul seiring dengan waktu penggunaan sepatu dengan kulit Crazy Horse Leather. Cara merawatnya cukup dengan mengoleskan pelembab (lotion) dan semir (wax) pada permukaan kulit sepatu.

Boleh juga baca: Cara Merawat Sepatu Kulit agar Awet dan Berkilau


Yang ketiga adalah Suede Leather, dengan ciri khas permukaannya seperti beludru, berbulu atau berambut tipis, menjadikan pembeda pada jenis olahan kulit lainnya. 

Suede leather merupakan kulit yang ada dibalik kulit hewan (jadi proses penyamakannya dibalik) lalu diproses untuk menghasilkan Suede Lether. Kulit dengan jenis olahan ini agak rentan perawatannya karena permukaannya yang kasar, sulit dibersihkan ketika terkena noda, diperlukan teknik tersendiri untuk membersihkan dan merawatnya.

Terakhir adalah Nubuck Leather, hampir mirip dengan suede leather. Bedanya jika menyentuh dan mengusap suede leather sangat terasa bulu-bulu pada permukannya, maka Nubuck Leather lebih halus lagi. Cara perawatan dan membersihkannya sama dengan Suede leather. Biasanya ditemukan pada sepatu lapangan atau sepatu yang berbahan kulit dari olahan crazy horse.

Demikian rangkuman tulisan ini saya sajikan kepada pembaca sebagai ilmu dan informasi yang semoga bermanfaat dan menjadi pengetahuan untuk kita. 

Tetap jaga kesehatan dan salam bahagia!

***

Tulisan ke-208

Sumber: Pembelajaran daring bersama Adrianto Priyo Sambodo melalui PayTren Academy.

Referensi bacaan: 1 dan 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun