Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Obrolan yang Sarat Makna, Saya pun Menjalani Kehidupan dari Peribahasa Jawa

10 Juni 2021   13:38 Diperbarui: 11 Juni 2021   00:25 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, sikap untuk tidak mentang-mentang. Sebagai sebuah nilai, ojo dumeh memiliki makna sangat dalam dan masuk dalam ranah yang luas, bisa mengenai kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan status sosial. Sebuah ajaran Jawa di mana orang harus sadar bahwa kehidupan itu berputar. Suatu saat di atas dan saat lain di bawah. 

Ketika menjadi orang kaya juga jangan sombong terhadap orang lain, yang mungkin secara strata sosial atau kepemilikan harta benda berada di bawahnya. 

Kekayaan yang dimiliki bisa bermakna bagi orang lain. Misalnya, bisa membantu orang lain yang memerlukan dan sedang kesulitan. Ketika memiliki ilmu yang banyak pun tidak congkak dan  keminter. 

Maka itu perlu agama yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan meredam nafsu manusia untuk tidak serakah, sombong, menyepelekan orang lain dan seterusnya.

***

Ajining diri saka lathi, Ajining raga saka busana. 

Melalui peribahasa ini, saya menjalani kehidupan untuk menjaga lisan agar ucapan yang dikeluarkan bisa dipertanggungjawabkan. Seseorang 'dipegang' kepercayaannya karena lidah. Baik sebuah janji yang harus ditepati, kebenaran dari apa yang disampaikan. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana, kan? 

Sejatinya wibawa diri kita berasal dari sikap santun, menjaga adab dari lisan yang terucap. Itulah maksud dari Ajining diri saka lathi.

Berikutnya, mengenakan pakaian yang baik juga memiliki nilai tata krama di masyarakat Jawa khususnya dan lingkungan lain pada umumnya. 

Kata tersebut mengandung makna bahwa seseorang akan berharga jika dilihat dari penampilan atau busana yang dikenakannya. Namun bukan berarti kita menghargai orang hanya melihat dari penampilan saja. Itulah makna dari Ajining diri saka busana.

Ilustrasi gambar: https://m.dream.co.id
Ilustrasi gambar: https://m.dream.co.id

Takbisa dipungkiri bahwa pandangan pertama seseorang pada orang lain adalah kesan yang tertangkap dari penampilannya. Sebaiknya berpenampilan sesuai dengan kondisi atau tempatnya. Selain baju, tubuh juga harus tetap diperhatikan, seperti wajah, rambut, aroma tubuh.

Hargai diri kita sendiri dengan tampil rapi, bersih, nyaman dipandang. Hal tersebut juga sebagai bentuk penghargaan kita kepada orang lain yang ditemui, tidak asal-asalan berbusana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun