Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Obrolan yang Sarat Makna, Saya pun Menjalani Kehidupan dari Peribahasa Jawa

10 Juni 2021   13:38 Diperbarui: 11 Juni 2021   00:25 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar https://www.idntimes.com/

***

Ilustrasi gambar https://www.idntimes.com/
Ilustrasi gambar https://www.idntimes.com/

Berkumpul bersama dengan keluarga adalah momen yang sangat dirindukan bagi kami. Saat sarapan, makan siang, makan malam, atau menikmati suasana santai di malam minggu. 

Ada hidangan atau tidak saat menikmati kebersamaan, kami merasakan kebahagian dengan obrolan ringan yang tercipta. "Ngene iki lho rasane ayem tentrem, mangan ora mangan asal kumpul," seloroh Bapak. 

Peribahasa atau pepatah tersebut mencerminkan bahwa berkumpul bersama dengan sanak kerabat adalah hal yang menyenangkan, entah makan atau tidak, yang penting rukun dan saling menyayangi. 

Jangan sampai persaudaraan terputus hanya karena adanya harta. Kekerabatan tetap harus terjaga, apapun keadaan kita.

***

Saya pernah curhat ke Ibu soal pertemanan. Beberapa kawan sering menceritakan hal-hal yang mengunggulkan kekayaan keluarga atau orangtuanya, hingga terkesan saling menyombongkan apa yang dimiliki. 

Saya pun jengah, apalagi jika mereka bertanya tentang apa yang dimiliki keluarga kami. Pun jika tak seperti mereka, kemudian meluncur olok-olokan.

"Ojo dumeh!" Begitu komentar Ibu.

Saya pun penasaran, apa maksudnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun