Ketiga, tak kenal maka tak sayang maka sejarah bangsa perlu diketahui. Ya, sejarah itu penting, agar kita tahu bagaimana semua bermula. Melalui pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) dan Tata Negara (kini Pendidikan Kewarganegaraan).Â
Perjuangan para pahlawan sejak dahulu kala menggapai kemerdekaan, semangat patriotisme dengan mengumandangkan ikrar dan lagu perjuangan. Bersatu padu meski berbeda suku, agama dan ras, semua kompak dan kokoh memperjuangkan hak kemerdekaan bangsa ini. Itulah maka Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang terjaga sepanjang masa bagi negeri ini.
Bahkan saat membacakan Teks Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, lagu wajib nasional, menonton film sejarah perjuangan bangsa, membangkitkan rasa patriotisme dan bangga pada negara ini atas perjuangannya yang heroik!
Keempat, berkegiatan bersama keluarga, kawan sepermainan dan masyarakat sekitar. Siapa takkenal gotong royong? Ya, semua kegiatan menjadi ringan dilakukan secara bersama. Satu sama lain memiliki tanggung jawan dan amanah yang harus diemban. Baik kegiatan yang dilakukan di dalam keluarga kita, atau kerja kelompok dengan teman sepermainan, maupun legiatan besar yang melibatkan banyak orang seperti di lingkungan masyarakat.Â
Dengan melalui musyawarah dan hasil ketetapan yang telah disepakati alias mufakat, satu sama lain diharapkan menerima dan melaksanakan apa yang telah disetujui. Tentu dibutuhkan jiwa besar untuk menerima dengan lapang dada tanpa protes ini dan itu. Jika ada yang kurang berkenan, bisa menyampaikan dengan baik dan pula menerima saran terbaik.
Kelima, berperilaku baik dengan adab dan kesantunan yang diajarkan oleh agama maupun prinsip pergaulan. Agama menjadi landasan utama baik setiap insan dalam berperilaku. Karena Tuhan mengajarkan kebaikan pada manusia dan saling mengasihi, menghormati dan memiliki nilai kasih sayang yang ada pada-Nya untuk menjadi pedoman dalam bergaul dengan sesama.Â
Tatanan nilai dan norma sedemikian rupa diatur untuk kemaslahatan umat. Bangsa kita mengalami krisis ini, bahkan kita mudah tersulut kemarahan, kurangnya adab dan santun kepada orangtua, menurunnya kewibawaan orang yang berkedudukan. Bukan karena bangsa kita taklagi merasakan Pancasila sebagai nilai luhur, namun juga pendidikan agama yang masih saja dirasa kurang menyentuh pada generasi kekinian.
Semoga dengan memperingati Hari Lahirnya Pancasila, takhanya sekadar acara memorial dan seremonial saja, namun kita sebagai bangsa besar, benar-benar menanamkan hal tersebut dalam diri dan keluarga.
Sehat selalu, Bangsaku!
****