Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Kusambut Ramadan 1442 Hijriah]: Hikmah Kesabaran dari Sahabat Rasul

30 Maret 2021   11:05 Diperbarui: 30 Maret 2021   17:41 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar:http://sohabih.blogspot.com

Pembaca Kompasiana yang dimuliakan oleh Allah,

Pagi ini izinkan saya berbagi kisah dari seorang istri sahabat Nabi SAW, yang saya rangkumkan dari tausiyah kajian orang-orang shalih bersama KH.Ahmad Kosasih, MA - Dewan Syariah Daarul Quran. Kisah kekuatan kesabaran yang dimiliki oleh Ummu Sulaim r.a. 

Seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Abu Thalhah, pada suatu masa sedang keluar rumah selama beberapa hari karena suatu urusan. Pada saat yang bersamaan, anaknya yang tengah sakit, meninggal dunia. Kemudian saat Ia kembali ke rumah, ia bertanya kepada istrinya tentang keadaan anak mereka.

Istrinya, Ummu Sulaim, menjawab: "Keadaan anak kita lebih tenang dari sebelumnya." Jawaban istrinya tersebut, dipahami oleh Abu Thalhah sebagai tanda bahwa anaknya sudah tidak sakit lagi. Padahal sesungguhnya anak tersebut telah meninggal dunia. Ia mengurus jenazah anaknya dan meminta pertolongan orang lain untuk menguburnya. 

Ummu Sulaim tidak menampakkan kesedihan dihadapan suaminya atas berpulangnya si Anak ke hadirat Allah SWT. Sama sekali tak menampakkan raut wajah duka atas rasa kehilangan putra tercinta. Ia melayani suaminya yang baru saja pulang, menyiapkan dan menemani makan malam. Bahkan menyempatkan bersolek secantik mungkin untuk suami tercinta. Usai makan malam, Abu Thalhah pun menggauli istrinya. Ummu Sulaim tetap melayani dengan baik. Sampai dengan sejauh itu, wanita sholehah ini tetap memberikan pelayan terbaiknya kepada suami, benar-benar tidak menunjukkan rasa duka atas kehilangan putra tercinta.

Pada hadist yang lain disampaikan bahwa setelah semua urusan melayani suaminya selesai, Ummu Sulaim sampaikan hal kematian putra mereka dengan pilihan kata-kata yang sangat menyentuh.

"Wahai, Suamiku! Apa pendapatmu,  apabila seseorang meminjamkan barang atau menitipkan benda kepada kita, lalu ia mengambil kembali barang atau benda yang ia pinjamkan atau titipkan tersebut? Kita kembalikan atau kita tahan?"

"Ya, kembalikan. Karena barang tersebut bukan milik kita."

"Wahai, Suamiku! Mintalah balasan pahala atas hal tersebut kepada Allah SWT."

Sang Suami lantas paham atas perkataan istrinya bahwa ada kehilangan sesuatu di keluarga mereka. Ternyata benar, karena anak yang dititipkan kepada keluarga ini, telah berpulang kepada pemilik-Nya, yaitu Allah SWT. Atas pembicaraan itulah, meski sedikit sedih dan berduka, tetapi Ummu Sulaim menahan kesabaran atas kesedihannya sendiri agar tidak melalukan perbuatan yang menunjukkan ketidakrelaan atas kejadian tersebut.


***

Abu Thalhah kemudian menjumpai Rasulullaah, menceritakan kejadian tadi malam. Peristiwa yang menimpanya atas wafatnya si Anak, yang mana istrinya tidak memberitahukan secara langsung tentang kematiannya sejak ia baru pulang dari suatu urusan.

Rasulullaah tidak terlalu mempermasalahkan kesedihan Abu Thalhah dan sikap Ummu Sulaim. Beliau bertanya, "Apakah semalam engkau bergaul dengan istrimu?"

"Ya, betul, kami bergaul"

Rasul langsung mendoakan bagi Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, "Ya, Allah, berkahilah keduanya." 

Maksud doa ini adalah agar Allah memberikan keturunan yang sholeh dan sholehah untuk pasangan tersebut atas bergaulnya mereka tadi malam. Allah pun mengabulkan doa Rasulullaah. 

Beberapa bulan kemudian, Ummu Sulaim pun mengandung dan melahirkan bayi laki-laki. Abu Thalhah meminta kepada perawi hadist ini (Anas bin Malik) agar anak tersebut dibawa kehadapan Nabi SAW untuk ditahniq. Kebiasaan mereka pada zaman itu, para sahabat membawa bayi yang baru lahir kehadapan Rasul disertai dengan beberapa butir kurma untuk dikunyah oleh beliau dengan lembut. Lalu disuapkan pada si bayi, diusapkan di langit-langit mulut, agar mendapat keberkahan dari Rasul. Usai mentahniq, Rasul memberi nama bayi tersebut, yaitu Abdullah. Hadist ini disampaikan oleh Hadits Shahih Muslim No. 4496 - Kitab Keutamaan Sahabat.


***

Hikmah dan pelajaran yang bisa kita perik dari hadist ini adalah:

Pertama, sikap seorang istri kepada suami. Ia tidak menunjukkan sikap kekecewaan, kesedihan, kedukaan, pada saat anaknya meninggal dunia. Hal ini sangatlah sulit dilakukan oleh seorang ibu yang kehilangan putranya. 

Ummu Sulaim berusaha sebaik mungkin menahan kesedihan ini dengan kesabarannya dan tetap melayani suaminya. Sang Suami pun tidak terlalu kecewa, meski ada kesedihan yang dirasakan, ketika istri menyampaikan peristiwa tersebut. Namun, atas sikap istri dan kesholehan suami, Allah turunkan pahala berupa lahirnya kerurunan yang shaleh dan shalehah dari keduanya.


Kedua, istri sholehah berusaha memasukkan rasa bahagia ke dalam hati suami. Tak membuat perasaan suami menjadi bertambah kecewa, sedih berkepanjangan, pun mampu menunjukkan sikap dan pergaulan yang membuat suami lebih tenang. Ummu Sulaim memilih dan menata kalimat yang sekiranya dapat diterima dengan lapang oleh suaminya berkaitan dengan meninggalnya si anak.


Ketiga, pelayanan seorang istri kepada suami saat baru datang dari urusan luar. Bersolek secantik mungkin untuk menyenangkan hati. Menyiapkan dan menemani bersantap, hingga pergaulan di atas ranjang. Ketika suasana tenang dan bahagia telah didapat, barulah perlahan menyampaikan berita duka dengan memilih perkataan yang baik. Dengan cara-cara seperti demikian, Abu Thalhah hanya berkata, "Mengapa kau sampaikan berita dukua ini setelah melakukan pelayanan ini terhadapku?" Sebagai suami, ia pun tidak terlalu bersedih dan kecewa karena pelayanan istrinya yang sangat luar biasa.


Keempat, istri tidak terlalu membebani suami dengan permintaan atau tuntutan, agar suami merasa tenang dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Istri menyesuaikan dengan kemampuan suami.


Kelima, perihal tentang proses tahniq pada bayi untuk keberkahan dan kesehatan, serta pemberian nama pada anak yang baru lahir, dengan memberikan sebaik-baik nama, karena nama adalah doa. Nama terbaik adalah nama yang menunjukkan penghambaan kita kepada Allah SWT.

Demikianlah, hikmah dan pembelajaran dari kisah sahabat Nabi SAW, yaitu Abu Thalhah dan Ummu Sulaim. Berkat doa Nabi, beliau dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Abdullah, dan dari keturunannya lahirlah sembilan orang anak yang semuanya adalah para penghafal quran.

Semoga kita semua dalam karunia dan limpahan berkah dari Allah SWT, senantiasa bersabar atas segala musibah, ujian dan cobaan. Allah mampukan diri kita untuk mengendalikan rasa amarah, kecewa, sedih saat berkabung dan berduka, in syaa Allah, Aamiin.

****


Sumber: Kajian Kitab Riyadusshalihin Bab Kisah Tentang Kesabaran bersama KH.Ahmad Kosasih, MA melalui pembelajaran daring.


Referensi: 1, 2 dan 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun