Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidayah bagi "Singa Padang Pasir"

18 Maret 2021   07:25 Diperbarui: 18 Maret 2021   07:33 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar:muslim.okezone.com

Tersebut dalam sebuah kisah,
Seorang berperangai kasar, jua pemarah.
Terhunus pedang sebilah,
Dibawanya menuju sang Pembawa Risalah.

Terburu langkah ia ke Bukit Shafa.
Bertanyalah seorang kawan atas tujuannya.
Dijawabnya, hendak menghentikan ocehan seseorang yang telah menghina tuhannya.

Sang Kawan mentertawakannya.
Rupanya si Singa Padang Pasir tak menyadari.
Bahwa sang Adik dan anak pamannya,
Telah memeluk agama yang mulia nan murni.

Kemurkaannya makin bertambah,
Berbalik arah ia, sembari menahan amarah.
Sampailah ia di depan rumah saudara sedarah,
Sayup terdengar lantunan ayat suci nan indah.

Dengan geram ia bertanya,
apakah gerang suara bacaan yang didengar merdu menyentuh kalbu.
Adik kandung, saudara ipar dan sepupunya kompak menyembunyikan jawaban untuknya.
Kiranya Singa Padang Pasir terus mendesaknya dengan menggebu.

Dicengkramnya baju saudaranya sendiri
Memaksa meminta bukti.
Mereka meminta Ia terlebih dahulu bersuci,
Lalu adikpun bertilawah Surat Thaahaa hingga menembus hati.

"Sungguh indah kata-kata ini.
Sungguh mulia kata-kata ini,"
Hanya itu yang tercetus dari si Keras yang lembut hati
Lunak atas ayat-ayat cinta dari Illahi Rabbi.

Bergegas ia berjumpa Rasulullaah dan para sahabat.
Mantap berucap kalimat syahadat.
Kiranya Allah kabulkan segala munajat.
Memilihkan Umar Bin Khattab sebagai karib yang amat dekat.

Ukhuwah semakin kuat
Dengan hadirnya Umar sebagai sahabat.
Cintanya kepada Islam semakin hebat.
Ia perjuangkan seluruh jiwa raganya untuk agama Allah hingga akhir hayat.

***

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun