Tersebut dalam sebuah kisah,
Seorang berperangai kasar, jua pemarah.
Terhunus pedang sebilah,
Dibawanya menuju sang Pembawa Risalah.
Terburu langkah ia ke Bukit Shafa.
Bertanyalah seorang kawan atas tujuannya.
Dijawabnya, hendak menghentikan ocehan seseorang yang telah menghina tuhannya.
Sang Kawan mentertawakannya.
Rupanya si Singa Padang Pasir tak menyadari.
Bahwa sang Adik dan anak pamannya,
Telah memeluk agama yang mulia nan murni.
Kemurkaannya makin bertambah,
Berbalik arah ia, sembari menahan amarah.
Sampailah ia di depan rumah saudara sedarah,
Sayup terdengar lantunan ayat suci nan indah.
Dengan geram ia bertanya,
apakah gerang suara bacaan yang didengar merdu menyentuh kalbu.
Adik kandung, saudara ipar dan sepupunya kompak menyembunyikan jawaban untuknya.
Kiranya Singa Padang Pasir terus mendesaknya dengan menggebu.
Dicengkramnya baju saudaranya sendiri
Memaksa meminta bukti.
Mereka meminta Ia terlebih dahulu bersuci,
Lalu adikpun bertilawah Surat Thaahaa hingga menembus hati.
"Sungguh indah kata-kata ini.
Sungguh mulia kata-kata ini,"
Hanya itu yang tercetus dari si Keras yang lembut hati
Lunak atas ayat-ayat cinta dari Illahi Rabbi.
Bergegas ia berjumpa Rasulullaah dan para sahabat.
Mantap berucap kalimat syahadat.
Kiranya Allah kabulkan segala munajat.
Memilihkan Umar Bin Khattab sebagai karib yang amat dekat.
Ukhuwah semakin kuat
Dengan hadirnya Umar sebagai sahabat.
Cintanya kepada Islam semakin hebat.
Ia perjuangkan seluruh jiwa raganya untuk agama Allah hingga akhir hayat.
***
Referensi: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6