Saya pun musti lincah menyesuaikan diri dengan aturan, ritme kerja dan pergaulan dengan empat lini tersebut.Â
Bertahan hanya tiga tahun setelah begabung di lembaga tersebut, kembali saya mengajukan pengunduruan diri. Kali ini atas permintaan suami, agar saya agak lebih leluasa melakukan pekerjaan dari rumah saja, memiliki waktu yang lebih rileks, agar kami bisa memiliki keturunan lagi.Â
Pekerjaan di lembaga pendidikan yang penuh waktu dan hanya libur di hari Ahad, membuat ritme tubuh saya kurang istirahat.Â
Saya penuhi keinginan tersebut, dan dengan senang hati menjalani kegiatan yang saya atur sendiri.
Sejak saat itulah, saya mulai bekerja dari rumah meski kadang melakukannya di luar rumah, yaitu mengajar privat, baik mengaji maupun bahasa Inggris.Â
Bekerja mandiri, mengatur waktu, menyesuaikan kewajiban utama sebagai ibu rumah tangga dan tugas mengajar yang jadwal saya atur sesuai kesepakatan.
Saya yakin, rezeki berupa gaji tidak harus kerja kantoran. Dengan keterampilan dan kemampuan yang kita punya, asal mau mengasah dan mengolahnya, bisa mendatangkan Rupiah. Bagi saya pribadi, berapa pun besarannya, asal saya mengerjakan dengan riang dan gembira, InsyaaAllah, selalu ada rezeki yang hadir tak disangka. Tak melulu harus materi, perasaan happy harus mengiringi.
Buat kawan-kawan yang masih bertahan bekerja penuh waktu, nikmatilah selagi masih merasa baik-baik saja versi kalian.Â
Namun apabila hal itu merenggut kebahagiaan, menimbulkan stres dan kecemasan, mengundurkan diri bukan akhir segalanya. Kita berhak bahagia di saat bekerja.
Enjoy our life! Enjoy worklife!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI